PWMU.CO – Prof Haedar Nashir MSi menyampaikan pesan penting kepada mubaligh Muhammadiyah saat diwawancarai langsung oleh kontributor PWMU.CO Taufiqur Rohman yang sekaligus menjadi salah satu peserta rihlah mubaligh Muhammadiyah Banyuwangi, Senin (29/7/2024).
Pagi itu, rihlah mubaligh Muhammadiyah Banyuwangi ke Yogyakarta yang memiliki 16 orang peserta telah memasuki hari kedua.
Terdapat agenda mengunjungi beberapa tempat seperti yang telah direncanakan, di antaranya berkunjung ke kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM), kantor Suara Muhammadiyah, Universitas Ahmad Dahlan, Museum Muhammadiyah, dan berziarah ke makam KH Ahmad Dahlan di Karangkajen.
Pukul 8.00 WIB, rombongan rihlah berangkat dari SM Tower Malioboro tempat menginap menuju ke Kantor PPM yang beralamat di Jalan Cik Di Tiro No 23 Terban Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.
Dengan menggunakan kendaraan long elf. Sesuai rundown kegiatan akan bertemu dengan Majelis Tabligh PPM.
Sampai di Kantor PPM, rombongan mubaligh itu menunggu di ruang informasi. Secara tidak terduga, datanglah Ketua Umum Muhammadiyah, Prof Haedar yang langsung memasuki kantor.
Pesan Prof Haedar
Saat ditemui kontributor PWMU.CO, Prof Haedar memberikan pesan penting kepada para mubaligh Muhammadiyah.
“Saya selaku Ketua Umum Muhammadiyah memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas program rihlah mubaligh ini.
Saya yakin akan banyak pengalaman, tukar ilmu, tukar pandangan yang mampu serta dapat memberikan inspirasi, dan motivasi,” ujarnya.
Selain itu, dengan rihlah tersebut, mereka berharap mendapatkan model pengembangan tabligh karena belajar dari pusat dan beberapa daerah lainnya.
“Kami juga berharap dengan rihlah ini menambah semangat untuk terus bertabligh di daerah yang sekarang ini segmen masyarakat makin kompleks. Termasuk saya yakin di Banyuwangi juga,” harapnya.
“Dan karena itu kita harus mempunyai narasi-narasi, konten, sekaligus juga mubaligh-mubaligh yang bisa masuk ke berbagai segmen masyarakat.
Dulu disebut dengan dakwah jamaah dan gerakan dakwah dan sekarang disebut dakwah komunitas,” tuturnya.
“Jangan sampai dakwah tabligh Muhammadiyah itu eksklusif, tetapi harus inklusif, apalagi sekarang ini,” tegasnya.
Mengakhiri pesannya Prof Haedar mengharap mubaligh menjadi pemandu, pembimbing, pemberi alternatif narasi spiritual, dan pemikiran. Terutama tabligh di media sosial.
Pertemuan tak terduga ini dimanfaatkan oleh para peserta Rihlah Mubaligh untuk foto bersama.
Penulis Taufiqur Rohman Editor Zahra Putri Pratiwig