PWMU.CO – Pembuatan kain Shibori bersama Lembaga Budaya Seni dan Olahraga (LBSO) Aisyiyah Cabang Krian di pandu oleh Mamik Masfufatin SPd, Menyatu dalam Kreativitas, Ahad (28/7/2024).
Musholla Ali Imron Kemasan Krian menjadi saksi bisu dari sebuah kegiatan penuh warna dan kreativitas. Sekitar 50 warga Aisyiyah se-kecamatan Krian berkumpul untuk belajar dan mengembangkan keterampilan mereka dalam pembuatan kain Shibori. Acara ini diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Krian yang bekerja sama dengan Lembaga Budaya Seni dan Olahraga (LBSO). Kegiatan berlangsung sekitar 4 jam mulai pukul 08.00 – 12.00 Wib.
Pengenalan Kain Shibori
Shibori adalah teknik pewarnaan kain tradisional Jepang yang melibatkan proses melipat, memutar, atau mengikat kain sebelum diwarnai, menghasilkan pola-pola yang unik dan menarik. Teknik ini bukan hanya menciptakan kain yang indah, tetapi juga mengajarkan kesabaran dan ketelitian dalam prosesnya. Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan para peserta dengan keterampilan baru yang dapat meningkatkan kreativitas dan potensi ekonomi mereka.
Antusiasme Peserta
Tepat pukul 08.00 Wib, kegiatan dimulai dengan antusiasme tinggi dari para peserta. Mereka datang dari berbagai latar belakang dan usia, menunjukkan bahwa semangat untuk belajar dan berkreasi tidak mengenal batasan. Mamik yang sudah berpengalaman dalam bidang pendidikan dan pelatihan seni, membuka acara dengan pengenalan singkat tentang sejarah dan filosofi di balik teknik Shibori.
Langkah-langkah Pembuatan Kain Shibori
Persiapan Kain dan Alat:
Setiap peserta diberikan selembar kain putih, karet gelang, benang, dan pewarna kain. Mamik menjelaskan pentingnya memilih kain katun yang mudah menyerap pewarna untuk hasil yang maksimal.
Teknik Melipat dan Mengikat:
Dalam sesi ini, peserta diajari berbagai teknik melipat, memutar, dan mengikat kain untuk menciptakan pola-pola yang unik dan menarik pada kain Shibori. Teknik melipat dan mengikat merupakan bagian penting dari proses pembuatan Shibori, karena pola yang dihasilkan tergantung pada bagaimana kain dilipat dan diikat sebelum dicelupkan ke dalam pewarna.
Proses Pewarnaan:
Setelah kain diikat sesuai dengan pola yang diinginkan, peserta mulai mencelupkan kain ke dalam pewarna. Mamik mengingatkan untuk selalu memakai sarung tangan selama proses ini untuk menghindari kontak langsung dengan bahan kimia pewarna.
Pengeringan dan Pembukaan Ikatan:
Kain yang sudah dicelup dibiarkan mengering selama beberapa saat. Setelah kering, ikatan pada kain dibuka dengan hati-hati untuk melihat hasil akhirnya. Momen ini menjadi saat yang paling dinanti oleh peserta karena mereka bisa melihat pola-pola unik yang terbentuk dari hasil kreasi mereka.
Menyatu dalam Kreativitas
Kegiatan ini tidak hanya sekadar pelatihan, tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi antar warga Aisyiyah. Selama proses pelatihan, peserta saling berdiskusi, berbagi tips, dan membantu satu sama lain. Suasana penuh kebersamaan dan kegembiraan sangat terasa, menjadikan kegiatan ini lebih dari sekadar belajar teknik baru, tetapi juga membangun hubungan yang lebih erat di antara komunitas.
Potensi Ekonomi dari Kain Shibori
Dalam sesi penutup, Mamik menjelaskan bahwa keterampilan membuat kain Shibori tidak hanya bernilai seni tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang besar. Dengan kreativitas dan inovasi, kain Shibori dapat diolah menjadi berbagai produk seperti pakaian, tas, dan dekorasi rumah yang memiliki nilai jual tinggi. Para peserta diharapkan dapat memanfaatkan keterampilan ini untuk menciptakan peluang usaha baru atau menambah nilai pada usaha yang sudah ada.
Penutup
Tepat pukul 12.00 Wib, kegiatan pembuatan kain Shibori resmi berakhir. Para peserta pulang dengan membawa hasil karya mereka masing-masing, serta ilmu dan pengalaman baru yang berharga.
Acara ini diharapkan menjadi awal dari kegiatan-kegiatan kreatif lainnya yang dapat memberdayakan warga Aisyiyah di Kecamatan Krian. PCA Krian dan LBSO berkomitmen untuk terus mengadakan pelatihan serupa di masa depan, guna meningkatkan keterampilan dan kesejahteraan anggotanya.
Kegiatan ini bukan hanya menunjukkan bahwa kreativitas tidak memiliki batasan, tetapi juga memperkuat semangat gotong royong dan kebersamaan dalam komunitas. Semoga ilmu dan keterampilan yang didapatkan dari pelatihan ini dapat bermanfaat dan menginspirasi banyak orang untuk terus berkarya dan berkreasi. (*)
Penulis Aniwati Editor Wildan Nanda Rahmatullah