Oleh: Abdullah Sidiq Notonegoro KMd
PWMU.CO – Perguruan Pencak Silat “Tapak Suci Putera Muhammadiyah” pada Rabu (31/7/2024) ini genap berusia 61 tahun. Perhelatan milad TSPM ke-61 ini mengangkat tema “Melestarikan Tradisi, Menuju Prestasi yang Mendunia”. Tema tersebut memberikan kesan agar antara tradisi dan prestasi tidak terputus atau berjalan secara diametral atau terpisah dan berhadap-hadapan. Karena seringkali dua hal tersebut saling dihadap-hadapkan untuk saling menegasikan.
Tradisi merupakan seperangkat norma yang diwariskan secara turun-temurun, yang dilandasi oleh kesadaran dan keyakinan bahwa ada nilai yang baik dan perlu dipertahankan. Tradisi memberikan fragmentasi historis dan filosofis yang dipandang memiliki manfaat dalam merawat soliditas.
Secara historis, TSPM lahir dari rahim Muhammadiyah untuk mengawal dan mengemban kepentingan Muhammadiyah. Khususnya dalam bidang dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Di satu sisi TSPM dibentuk untuk mewadahi hobi olahraga bela diri tradisional (baca : pencak silat) di kalangan warga Muhammadiyah yang merupakan olahraga tradisional Nusantara. Pencak silat bukan sekedar sebagai kegiatan olahraga bisa, tetapi juga sebagai bagian dari dakwah di bidang olahraga beladiri tradisional yang sarat dengan ajaran-ajaran yang berlawanan dengan aqidah Islam. Karena itu, TSPM juga memiliki misi purifikasi aqidah terhadap olahraga warisan nenek moyang yang sedikit-banyak ternoda oleh ajaran animisme dinamisme.
Sedangkan secara filosofis, pencak silat merupakan aktivitas olah fisik dalam upaya untuk menjaga harkat dan martabat diri dari segala perangai yang tercela. Pencak silat sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ksatria, tidak penakut dan pengecut dalam menghadapi masalah, mengedepankan perdamaian tetapi tidak meninggalkan keberanian dalam menegakkan kebenaran dan kejujuran. Maka, dalam pencak silat itu yang ditanamkan adalah penempaan diri agar menjadi pribadi yang berani, mandiri, tidak culas.
Kemudian, dalam perkembangannya “pencak silat” bukan sekedar sebagai sarana olahraga ketangkasan yang berpotensi memupuk mental pemberani dan bertanggung jawab. Pencak silat yang memiliki gerakan-gerakan indah dipandang sebagai olahraga yang mengandung unsur seni. Maka pencak silat disebut juga olahraga seni bela diri. Di mana seni sendiri secara ruhaniah memiliki kedekatan dengan kehalusan hati dan budi.
Sedangkan dalam upaya agar olahraga seni bela diri yang unik ini tidak mengalami kepunahan — karena sudah dinisbatkan sebagai warisan budaya agung bangsa — maka dikembangkan pula ke arah prestasi. Pencak silat pun dilombakan dalam berbagai event, baik yang bersifat lokal hingga nasional, dan bahkan internasional. Persebaran pencak silat pun di massifkan tidak lagi sekedar diseputar Nusantara ataupun Asia, namun juga sampai ke tingkat dunia. Kehadiran pencak silat di pentas dunia pun mampu disejajarkan dengan olahraga bela diri lain seperti Karate, Capoeira, Jiu Jitsu, Kung Fu, Muay Thai, Taekwondo, dan lain-lain.
Dalam hal ini, TSPM harus diakui sudah mampu menempatkan dirinya sebagai perguruan pencak silat dengan bergelimang prestasi di semua tingkatan. Atlet-atlet TSPM relatif cukup merajai panggung persilatan, mulai dari tingkat lokal hingga internasional.
Ancaman dan Tantangan TSPM
Meski prestasi demi prestasi telah didulang oleh TSPM dalam pentas olahraga beladiri tradisional, tidak dipungkiri bahwa ada sejumlah “ancaman” dan “tantangan” bagi TSPM, baik posisinya sebagai organisasi pencak silat atau juga sebagai organisasi Otonom Muhammadiyah. Karena itu, dibalik rasa bangga dengan prestasi dan perkembangan yang cukup pesat, TSPM juga perlu waspada dengan segala persoalan yang berpotensi menghadang di depan.
Perlu disadari, TSPM tidak boleh terjebak dalam pusaran prestasi tetapi menomorduakan aspek ideologi. Apapun alasannya, berdirinya organisasi otonom (ortom) di Persyarikatan Muhammadiyah, termasuk TSPM, membawa misi mensukseskan tujuan Muhammadiyah itu sendiri. Karena itu, dibalik penempaan dan pembinaan prestasi beladiri, tidak boleh diabaikan pula dalam hal penanaman ideologi Muhammadiyah. Karena itu, secara berkala TSPM perlu melakukan evaluasi terkait dengan penanaman dan penguatan ideologi Muhammadiyah dikalangan siswa dan kadernya.
Diakui atau tidak, adanya perguruan-perguruan silat non TSPM secara nyata telah menjadi ancaman serius bagi TSPM. Tidak sedikit anak-anak dan pelajar Muhammadiyah yang justru terjerat dalam aktivitas kelompok-kelompok silat di luar TSPM. Tidak sedikit pula lembaga pendidikan Muhammadiyah yang kurang begitu peduli eksistensi TSPM. Di sisi lain kelompok-kelompok silat non TSPM juga begitu gigih untuk mendekat dan merekrut anak-anak/pelajar Muhammadiyah menjadi bagiannya.
Inilah ancaman dan sekaligus tantangan serius TSPM ditengah maraknya kelompok-kelompok silat gemar memantik konflik dengan masyarakat dan aparat, namun disisi lain relatif sangat diminati oleh anak-anak/pelajar dengan jiwa remajanya yang terkadang ingin menampakkan pribadi yang ‘sok jagoan’.
Sinergitas dan kolaborasi
Dalam menghadapi ancaman dan tantangan sebagaimana terurai diatas, penting rasanya TSPM untuk terus mendorong dilakukan sinergitas dengan institusi/lembaga Muhammadiyah yang lain, khususnya Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). TSPM perlu melakukan terobosan-terobosan yang lebih menarik agar semakin memiliki daya tarik di tengah pusaran persaingan perguruan pencak silat yang ada. Keberadaan AUM berbasis massa pelajar dan mahasiswa merupakan lumbung potensial bagi TSPM, tinggal bagaimana mengolah dan mengelolanya.
Karena itu, kebijakan-kebijakan Pimpinan Pusat TSPM dan Muhammadiyah harus kian disinergikan. Kenaikan tingkat bagi kader dan pendekar harus benar-benar memberikan porsi yang tinggi pada penilaian aspek ideologi. Karena kader dan pendekar ini, mayoritas akan menjadi pelatih dan pembina bagi siswa-siswa yang ada. Tanpa muatan ideologi yang mengkristal dengan kuat, bukan tidak mungkin TSPM akan sama dengan perguruan pencak silat yang lain.
Mudah-mudahan di usia yang ke 61 ini, TSPM semakin diminati oleh generasi muda yang masih mencintai warisan budaya. Marilah kita selamatkan anak-anak Muhammadiyah yang tertarik dengan pencak silat, dari ancaman penggerusan ideologi dan iman. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah