Umar bin Abdul Aziz: Cukup 2,5 Tahun, Kas Negara Surplus dan Rakyat Sejahtera Oleh M. Ainul Yaqin Ahsan (MTT PDM Lamongan, Pengasuh di PA & PP Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan)
PWMU.CO – Sejarah mencatat banyak tokoh pemimpin umat Islam yang berhasil membawa perubahan signifikan dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu tokoh yang sangat layak dikenang adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Dalam masa kepemimpinannya yang hanya berlangsung sekitar 2,5 tahun, beliau berhasil membuat kas negara surplus dan memastikan tidak ada rakyat yang miskin.
Bagaimana seorang pemimpin mampu mencapai hal luar biasa dalam waktu singkat? Mari kita telaah karakter dan kebijakan yang diterapkannya.
Karakter Pemimpin yang Ideal
Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz dimulai pada tahun 717 M. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang sangat adil, tegas, dan tidak tergoda oleh kemewahan duniawi. Bahkan sebelum diangkat sebagai khalifah, karakter zuhud (sederhana dan tidak cinta dunia) sudah melekat pada dirinya.
Ketika menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz memperlihatkan bahwa integritas dan komitmen terhadap kesejahteraan rakyat adalah prioritas utama.
Salah satu cerita yang mencerminkan kesederhanaannya adalah ketika beliau hanya memiliki satu pakaian yang dikenakannya sehari-hari.
Bahkan, pernah suatu waktu, beliau terlambat menjadi khatib Jumat karena menunggu pakaiannya kering setelah dicuci. Hal ini menunjukkan bahwa beliau benar-benar hidup dalam kesederhanaan dan tidak memanfaatkan posisinya untuk memperkaya diri.
Kebijakan Anti Korupsi
Setelah diangkat menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz langsung memfokuskan perhatiannya pada pemberantasan korupsi. Beliau mengirim mata-mata dan akuntan untuk memeriksa keuangan para pejabat.
Setiap pejabat yang ketahuan melakukan korupsi, penyelewengan dana, atau menyakiti rakyatnya langsung dipecat dan harta kekayaannya disita untuk negara. Ini menunjukkan ketegasan dan komitmen beliau dalam menegakkan keadilan dan integritas.
Salah satu contoh ketegasan beliau adalah ketika menghadapi Rauh bin Abdul Malik bin Marwan (kerabat Khalifah Umar bin Abdul Aziz sendiri), putra dari khalifah sebelumnya yang sewenang-wenang menyita toko-toko milik rakyat.
Ketika Rauh menolak untuk memenuhi panggilan ke pengadilan, Umar bin Abdul Aziz dengan tegas memerintahkan agar kepalanya saja yang dibawa ke pengadilan jika ia tetap menolak. Ketegasan ini membuat Rauh bin Abdul Malik akhirnya mengembalikan harta yang dirampasnya tanpa harus dibawa ke pengadilan.
Fokus pada Kesejahteraan Rakyat
Umar bin Abdul Aziz memiliki pandangan bahwa uang negara harus dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat. Beliau bahkan memotong gajinya sendiri menjadi jauh lebih rendah dari gaji pegawai negeri yang baru masuk.
Ini dilakukan sebagai bentuk komitmen bahwa dirinya akan menjadi orang miskin terakhir di negara ini, dan tidak akan mengambil haknya sebelum seluruh rakyatnya sejahtera.
Salah satu kebijakan yang sangat dihargai adalah saat beliau memerintahkan pembongkaran masjid yang sudah 90% jadi karena rumah seorang Yahudi digusur tanpa persetujuan ikhlas dari pemiliknya. Umar bin Abdul Aziz menunjukkan bahwa keadilan tidak memandang agama dan status sosial.
Tindakan ini begitu mengejutkan dan mengesankan sehingga si pemilik rumah Yahudi tersebut akhirnya memeluk Islam karena melihat keadilan yang ditegakkan oleh Umar bin Abdul Aziz.
Legasi yang Abadi
Meskipun masa kepemimpinannya singkat, dampak dari kebijakan Umar bin Abdul Aziz sangat besar. Salah satu warisan paling berharga adalah persatuan umat Islam saat itu, di mana tidak ada kelompok yang memberontak atau saling berperang.
Hal ini terjadi karena semua kelompok, baik Syiah, Khawarij, Ahlusunah, maupun lainnya diperlakukan dengan adil di mata hukum.
Keadilan dan integritas Umar bin Abdul Aziz juga menyebabkan ledakan jumlah mualaf. Berbeda dengan para khalifah sebelumnya yang menahan orang non-Muslim untuk tetap dalam keyakinannya agar dapat memungut jizyah (pajak untuk non-Muslim), Umar bin Abdul Aziz membuka pintu lebar-lebar bagi siapa saja yang ingin memeluk Islam tanpa harus membayar pajak.
Belajar dari Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz
Dari kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Pertama, integritas seorang pemimpin sangat menentukan kesejahteraan rakyatnya. Seorang pemimpin yang jujur dan adil akan menciptakan masyarakat yang makmur dan harmonis.
Kedua, keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Hal ini akan menciptakan rasa aman dan percaya di tengah masyarakat. Ketiga, seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan yang tidak populer demi kebaikan bersama.
Terakhir, Umar bin Abdul Aziz mengajarkan bahwa kesejahteraan dan persatuan umat lebih penting daripada kemewahan pribadi. Beliau tidak tergoda oleh harta, tahta, dan wanita, tetapi fokus pada amanah yang diembannya untuk mensejahterakan rakyatnya.
Kisah Umar bin Abdul Aziz merupakan contoh nyata bahwa dengan kepemimpinan yang adil dan berintegritas, perubahan besar dapat tercapai dalam waktu singkat. Warisannya tetap hidup hingga saat ini, menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kepemimpinan beliau dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. (*)
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan