PWMU.CO – Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur menggelar Rapat Koordinasi bersama semua PDM yang ada di Provinsi Jawa Timur. Pelaksanaan kegiatan ini pada Senin (5/8/2024) malam via Zoom Meeting. Poin pembahasan utama dalam rapat koordinasi kali ini terkait keputusan PP Muhammadiyah untuk menerima Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari pemerintah.
Sebagai organisasi yang besar dan terdiri dari berbagai macam pemikiran, Muhammadiyah tidak lepas dari perbedaan pendapat. Bahkan dalam keputusan PP Muhammadiyah untuk menerima IUP tentunya menuai banyak kritikan dari para kader. Sebagai bentuk kedewasaan berorganisasi, tentu jangan sampai hal itu menjadikan kita nggrundel dalam hati karena kecewa dengan keputusan Muhammadiyah tersebut.
Berorganisasi Harus Dewasa
“Berorganisasi itu harus dewasa. Jika ada masukan, kritik dan saran, tulis secara resmi kepada Pimpinan Wilayah atau Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pasti akan kami tinjau kritikan tersebut,” tegas Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Dr dr Sukadiono MM.
Dalam rapat koordinasi kali ini ada banyak sesi tukar pikiran dari beberapa Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM). Contohnya dari PDM Trenggalek dan Mojokerto. Semua ditanggapi dengan penuh apresiasi oleh PWM Jawa Timur.
Salah satu pertanyaan yang menarik adalah bagaimana nasib PDM yang tidak sependapat dengan keputusan PP Muhammadiyah terkait tambang. Ketua PWM Jatim menekankan bahwa perbedaan pendapat itu pasti ada. Tidak ada sanksi secara langsung mengingat Muhammadiyah adalah organisasi yang dewasa.
“Berorganisasi itu harus berlandaskan cinta. Ada koordinasi dan komunikasi, jangan sampai ada sekali tidak sependapat langsung gunakan otoritas, itu tidak baik,” ucap dr Sukadiono.
Ketua PWM Jatim tersebut menekankan bahwa bagaimana PDM yang tidak sependapat dengan PP Muhammadiyah akan terjawab oleh waktu.
“Karena tambang ini bukan kita yang langsung merasakan. Kita memiliki waktu lima tahun untuk membuktikan langkah Muhammadiyah dalam mengelola tambang. Yang akan merasakannya nanti adalah para kader kita, 5-10 tahun mendatang,” terangnya. (*)
Penulis Wildan Nanda Rahmatullah Editor Syahroni Nur Wachid