PWMU.CO – Bermula dari pemikiran Dialektika Hegel dan Materialisme Feurbach, Marx meramu gagasannya tentang masyarakat komunal. Sebuah paham tentang keadilan komulatif (sama rata dan sama rasa) digagas dan hendak diwujudkan dalam keseharian. Kemiskinan dan kesenjangan sosial menjadi picu utamanya.
Karl Marx sebagaimana umumnya cendekiawan Eropa saat itu dimana gereja dominan berkuasa adalah jawaban atas berbagai ketidaknyamanan ilmuwan yang tinggal di Eropa. Masa sulit telah berlalu para cendekiawan Eropa tumbuh bersemi, kebebasan diraih dengan bebas bahkan bebas sekali.
Filsafat Eropa abad pencerahan (renaisance) tumbuh pesat, berbagai aliran filsafat seperti di surga, setelah lama mengalami kekerasan. Diintimidasi dan diteror. Saatnya para ilmuwan Eropa unjuk gigi. Beragam filsafat. Aliran, manhaj atau ideologi. Juga seni, bahasa, sains, dan matematika tumbuh tak terbendung.
*
Salah satunya Komunisme mengemuka ketika kesenjangan berlangsung. Kaya dan miskin berjarak terlalu lebar. Komunisme tumbuh dan subur. Sebagai gerakan pemikiran komunisme mencandra fenomena masyarakat.
(Baca juga: Amien Rais: Umat Islam Jangan Beri Kesempatan bagi PKI untuk Bangkit)
Kumpulan orang miskin yang tertindas berbanding terbalik dengan orang kaya pemilik modal. Lazim disebut proletar dan borju. Tesis, antitesis dan syntesis. Jadilah sebuah ideologi yang dianut para aktifis pergerakan untuk melawan penguasa korup yang berselingkuh dengan para kapitalis tengik.
Dalam perkembangannya komunis juga melakukan pernikahan silang dengan materialisme Feurbach. Sebuah paham anti-Tuhan. Marx menjadikan Feurbach sebagai penguat kebenciannya terhadap agamawan korup yang melegitimasi para penguasa busuk.
*
Pemikiran Marx ini kemudian diadopsi oleh banyak aktivis pergerakan melawan segala bentuk kapitalisasi dan kekuasaan berlebih meski sintesis nya kerap tidak berubah.
(Baca juga: Klarifikasi Jokowi tentang Keterkaitannya dengan PKI)
Paham Marx mengilhami banyak pergerakan aktifis politik di belahan dunia. Terutama Asia dan Amerika Latin. Sebagai antitesis dari ke-borju-an negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
*
Akan halnya PKI, adalah sebuah partai politik yang hampir saja memenangi pemilu di Negri ini. Gagasannya relevan dengan kondisi masyarakat kita. Tak heran jika kemudian banyak pengikut dengan janji menghapus kapitalis dan bagi bagi tanah buat petani miskin.
PKI memberi banyak janji kepada orang miskin lapar, yang tidak punya pekerjaan. Pada orang sakit yang tidak mampu bayar ongkos rumah sakit. Pada anak anak muda yang tidak mampu bayar uang SPP. Pada pengusaha miskin yang bangkrut. Atau pada suami yang tertindas dirumah .. PKI menjadi alternatif untuk kendaraan melawan.
*
Pengkhianatan PKI banyak dilakukan. Menikam dari belakang. Sebagai partai, komunis telah melakukan kejahatan politik. PKI adalah musuh bersama yang harus diberangus. Umat Islam dan Angkatan Darat yang paling terluka karena penghianatan itu. Wajar kalau terus melawan. Sementara yang lain bersikap abu-abu.
(Baca juga: Para “Pendekar” Tua Ini Ingin Wariskan Semangat Perjuangan Mereka saat Melawan PKI)
Sebagai simbol perlawanan anti kemapanan. Muso, Aidit, Semaun, Darsono, Tan Malaka, Untung, setidaknya orang-orang ini pernah diindikasikan sebagai tokoh PKI. Bahkan militer pun juga pernah mengalami polarisasi: Cakra Bhirawa salah satunya.
Tapi sekali lagi, kita hanya bisa melarang komunis sebagai partai. Tapi siapa bisa memenjarakan idelogi dalam pikiran masing-masing orang. Sebagai gerakan pikiran, komunis bisa hinggap dimanapun termasuk kita. Meski benci PKI tapi melawan PKI dengan cara PKI … loh kenapa kaget ???
Nurbani Yusuf (Ketua PDM Kota Batu, aktif di Komunitas Padhang Makhsyar)