PWMU.CO – Pengajian Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Paciran diselenggarakan pada Ahad (18/8/2024) pukul 09.00 – 11.30 WIB di Masjid Al-Ikhlas Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Banjarwati Paciran Lamongan.
Pengajian Pimpinan adalah amanah Musycab dan diperkuat dengan rapat konsolidasi PCM dan PRM se-Cabang Paciran.
Pengajian pimpinan telah ditetapkan 18 kali pertemuan sampai akhir periode PCM Paciran 2022-2027 yang telah dibuat time scedulle dua bulan sekali, di ranting-ranting yang sudah terjadwal.
Pengajian pimpinan kali ini adalah pengajian putaran yang pertama dengan penceramah oleh Ustadz Tamam Choiruddin SAg MSi, Ketua LHKP PDM Lamongan.
Tema pengajian pada pertemuan ini adalah “Implementasi Risalah Islam Berkemajuan dalam Kepemimpinan dan Pengembangan AUM”
Sambuta Ketua PCM Paciran, Abdullah Taufiq MPd menyampaikan bahwa pengajian pimpinan ini adalah pengajian pimpinan putaran pertama untuk periode 2022 -2027.
Maksud dari kegiatan ini yaitu sebagai forum silaturrahim pimpinan cabang dan ranting se-cabang Paciran serta sebagai jalinan organisatoris dapat terjalin dengan harmonis.
Isi pengajian pimpinan yang disampaikan oleh ustadz Tamam Choiruddin, antara lain:
I. Apa definisi, apa saja karakteristiknya, apa saja gerakannya, kepada siapa perkhidmatan (layanan) Islam Berkemajuan.*
Berdasarkan dokumen Tanfidz Risalah Islam Berkemajuan, Muktamar Muhammadiyah Ke-48, Surakarta, 2022. Islam berkemajuan yang dimaksudkan adalah pandangan keagamaan yang dikembangkan Muhammadiyah.
Dengan karakteristik berlandaskan pada Tauhid (al-Mabni ‘ala al- Tauhid). Bersumber pada al-Qur’an dan al-Sunnah (al-Ruju’ ila al-Qur’an wa al-Sunnah). Menghidupkan Ijtihad dan Tajdid (Ihya’ al- Ijtihad wa al-Tajdid). Mengembangkan Wasathiyah (Tanmiyat al- Wasathiyah). Mewujudkan Rahmat bagi Seluruh Alam (Tahqiq al-Rahmah li al-‘Alamin).
Adapun gerakan Islam berkemajuan adalah dakwah, tajdid, ilmu, dan amal. Perkhidmatan Islam berkemajuan (melayani) adalah keumatan, kebangsaan, kemanusiaan, kehidupan global, dan kehidupan masa depan.
Abdul Munir Mulkhan, berkemajuan adalah berkemanusiaan. Sebuah kesatuan kemanusiaan dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradaban yang disinari etika Al Qur’an.
Zamroni, berkemajuan adalah holistik transformatif. Menjadi pribadi utuh yang tumbuh seluruh potensi diri secara optimal sehingga mengubah diri dan masyarakat.
Abdul Malik Fadjar, berkemajuan adalah pembaharuan dalam tiga dimensi; ide, cara, dan produk. Ide baru yang terlahir dari pemahaman dan pengalaman yang genuine.
Cara baru melalui tabligh sebagai kegiatan terpenting organisasi; teratur, dan terencana. Produk baru yang menjembatani jarak sosial, golongan, kelompok sosial.
Noeng Muhadjir, berkemajuan adalah dinamis, yang diukur dari empat identitas berkemajuan.
Pertama, menumbuhkan cara berfikir tajdid, anti taklid.
Kedua, menginternalisasi karakteristik kepemimpinan pluralistik, menolak pemikiran atau kepemimpinan otoriter.
Ketiga, menumbuhkembangkan watak kemandirian (entrepreneur).
Keempat, terus meningkatkan kemampuan antisipatif, mengantisipasi atau menduga masa depan. Haedar Nashir, berkemajuan adalah membangun peradaban utama yang unggul secara lahiriah dan ruhaniah dan menjadi rahmat bagi semesta.
II. Implementasi Risalah Islam Berkemajuan dalam kepemimpinan, dilakukan melalui beberapa pendekatan:
- Integrasi Nilai-Nilai Islam dalam Kebijakan: Memastikan bahwa kebijakan dan keputusan yang diambil dalam kepemimpinan berlandaskan pada nilai-nilai Islam seperti keadilan, amanah, dan kesejahteraan umum. Ini termasuk memastikan kebijakan tersebut mempromosikan keadilan sosial, mengurangi ketimpangan, dan mengutamakan kepentingan masyarakat.
- Kepemimpinan yang Beretika: Menerapkan prinsip-prinsip etika Islam dalam praktik kepemimpinan, seperti transparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab. Pemimpin harus menjadi teladan dalam perilaku yang baik, menjaga integritas, dan menghindari korupsi.
- Pendidikan dan Pengembangan: Mengutamakan pendidikan dan pengembangan diri, baik untuk pemimpin maupun masyarakat. Pendidikan berbasis Islam yang menekankan pada pengetahuan dan keterampilan dapat meningkatkan kapasitas kepemimpinan dan memberi kontribusi positif terhadap kemajuan.
- Pengelolaan Sumber Daya yang Berkelanjutan: Mengelola sumber daya secara efisien dan berkelanjutan sesuai dengan ajaran Islam. Ini termasuk pengelolaan ekonomi yang bijaksana, perlindungan lingkungan, dan penggunaan sumber daya untuk kepentingan umum.
- Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa kepemimpinan tidak hanya bersifat otoriter tetapi juga inklusif. Ini sejalan dengan prinsip syura (musyawarah) dalam Islam, yang menekankan pentingnya konsultasi dan partisipasi.
- Pendekatan Berbasis Keadilan dan Kesetaraan: Menjamin bahwa semua individu diperlakukan secara adil dan setara, tanpa memandang ras, suku, atau latar belakang sosial. Keadilan sosial merupakan prinsip utama dalam Islam dan harus diterapkan dalam semua aspek kepemimpinan.
- Pengembangan Infrastruktur dan Ekonomi: Mengutamakan pembangunan infrastruktur yang mendukung kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Proyek-proyek ini harus sesuai dengan nilai-nilai Islam dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
III. Implementasi Risalah Islam Berkemajuan dalam pengembangan AUM, dilakukan melalui beberapa langkah strategis:
- Pendidikan dan Pelatihan: Mengintegrasikan prinsip-prinsip Risalah Islam Berkemajuan dalam kurikulum pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah. Ini mencakup pelatihan kepada tenaga pendidik dan pengelola AUM agar menerapkan nilai-nilai berkemajuan dalam proses pembelajaran dan pengelolaan.
- Inovasi dalam Layanan Kesehatan: Memperbarui dan meningkatkan layanan di rumah sakit dan klinik Muhammadiyah dengan memanfaatkan teknologi modern, serta memastikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.
- Pemberdayaan Ekonomi Umat: Mendirikan dan mengelola unit usaha yang tidak hanya menguntungkan secara finansial tetapi juga memberdayakan masyarakat sekitar. Ini bisa termasuk usaha kecil dan menengah, koperasi, atau program pelatihan keterampilan.
- Pengembangan Infrastruktur: Memperbaiki dan membangun fasilitas AUM, seperti sekolah, rumah sakit, dan pusat layanan masyarakat, dengan standar yang modern dan efisien.
- Kolaborasi dengan Pihak Lain: Membangun kemitraan dengan lembaga pemerintah, swasta, dan organisasi non-pemerintah untuk mendukung dan mengembangkan AUM serta meningkatkan dampaknya di masyarakat.
- Pemanfaatan Teknologi Informasi: Menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan akses dan efisiensi dalam berbagai aspek operasional AUM, termasuk pendidikan jarak jauh, manajemen informasi, dan komunikasi.
- Monitoring dan Evaluasi: Menetapkan sistem evaluasi yang berkelanjutan untuk mengukur efektivitas dan dampak dari program-program AUM. Ini termasuk melakukan penyesuaian berdasarkan umpan balik dan hasil evaluasi.
IV. Introspeksi Diri, Apakah Cabang, Ranting, Masjid-Musholla Berdaya Saing.
- Adakah kesungguhan dalam melakukan pembinaan jamaah.
- Apakah kepemimpinan, organisasi dan manajemen berjalan, bekerja dengan sistem.
- Apakah memiliki usaha di bidang pemberdayaan ekonomi dan sosial keumatan.
- Apakah keberadaan AUM, tumbuh dan berkembang dengan semangat kreatifitas, inovatif, dan solutif.
- Apakah kaderisasi berjalan tanpa henti baik di Ortom maupun di AUM yang dibuktikan dengan hadirnya partisipasi AMM.
- Adakah pemanfaatan media digital sebagai alat dakwah pada semua bidang dan amal usaha.
V. Kesadaran Menjadi Organisasi Pembelajar. Belajar dari Peter Michael Senge dalam bukunya Disiplin Kelima; Seni dan Praktek dari Organisasi Pembelajar.
- Adakah kesadaran sebagai sistem (syistem). Bahwa setiap unit menjadi bagian dan unsur penting dari lembaga dan organisasi. Tidak adanya satu unsur, sangat berpengaruh terhadap perjalanan lembaga dan organisasi. Penghormatan dan penghargaan terhadap sub system’ atau unsur menjadi sangat penting. Merayakan keberhasilan setiap sub system’ menjadi hal lumrah yang seharusnya diadakan.
- Adakah kesadaran bahwa setiap individu, atau unsur memiliki keunikan dan keahlian yang berbeda beda (personal mastery). Keduanya menjadi kekuatan yang boleh jadi berpotensi meruntuhkan lembaga atau organisasi jika salah pendekatan dan pengelolaan. Namun bisa jadi keunikan dan keahlian masing masing unsur menjadi kekuatan lembaga dan organisasi untuk tumbuh, berkembang, maju, dan hebat jika didekati dan dikelola secara baik.
- Adakah kesadaran adanya tujuan bersama (share vision). Tujuan bersama adalah kumpulan dari pandangan individu dan unsur unsur yang ada. Namun visi bersama juga dihasilkan dari kompromi atas kontradiksi pandangan dari unsur yang ada, bahkan boleh jadi hasil dari pandangan ekstrim dari unsur sekalipun, namun pada akhirnya berkompromi, disadari dan disepakati sebagai visi bersama. Masing masing ada kemauan untuk meletakkan ego pandangan masing masing dan menjadi visi bersama dan menjadi arah bersama.
- Adakah kesadaran adanya nilai nilai yang dijadikan sebagai pedoman kerja lembaga atau organisasi (mental model). Nilai nilai ini mengikat seluruh unsur, termasuk mitra lembaga atau organisasi. Misalnya nilai santun, integritas, profesional, teliti, detail, cermat, disiplin, tertib, tepat waktu, mengindari kekerasan, menghindari koruptif, penghormatan terhadap kemanusiaan, dan lain lain. Nilai nilai itu dipahami, dihayati, dijalankan dalam kerja lembaga atau organisasi.
- Adakah kesadaran sebagai lembaga dan organisasi pembelajar, yang dituntut harus terus belajar, melakukan koreksi, evaluasi, instrospeksi, bahkan proyeksi lembaga dan organisasi yang lebih baik, bermutu dan hebat (team learning).
Setiap perjalanan lembaga atau organisasi adalah menyelesaikan masalah pada tiap tiap tahapannya, sekaligus melakukan koreksi agar minim kesalahan. Dan memastikan hasil dan capaian dari proses yang dijalani menyumbang kebermanfaatan bagi lembaga atau organisasi
Penulis M. Mahmud Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun