PWMU.CO – Pagi itu langit di Kecamatan Paciran terlihat sangat cerah, Kamis (22/8/2024)
Kecerahan dan keceriaan ini juga dirasakan oleh para santri dan wali santri peserta Daurah Tahfidz Quran Angkatan XXII Pondok Pesantren Muhammadiyah Karangasem Paciran Lamongan.
Acara pembukaan itu berlangsung di Masjid Kholid Bin Walid, Panti Asuhan Karangasem Muhammadiyah Lamongan.
Siswa-siswi dari berbagai lembaga di Karangasem duduk terpisah antara laki-laki dan perempuan. Mereka mengikuti rangkaian acara dari awal hingga akhir dengan penuh penghayatan.
Ketika jarum jam hampir menunjukkan pukul 08.30, Ustadz Akbar Al Mubasyir menuju podium. Ia mengkondisikan keadaan dan memberikan arahan serta menyampaikan rangkaian acara pembukaan Daurah Tahfidz.
Setelah ia turun dari podium, seorang santri peserta Daurah Tahfidz, Akhmad Ajib Syabbita Aqdam, membacakan beberapa ayat dari surat Al-Baqarah.
Pesan Fatih Futhoni
Kepala Bagian Pendidikan Pondok Pesantren Muhammadiyah Karangasem, Fatih Futhoni, memberikan sambutan.
Dengan penuh semangat, beliau memotivasi anak-anak dan menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah mempercayakan Karangasem untuk mendidik para santri menjadi pejuang Muhammadiyah.
Tak lupa, ia memberikan semangat kepada para santri dan wali santri pentingnya Daurah Tahfidz Quran sebagai upaya untuk menjadi pewaris nabi.
“Para pewaris nabi harus mempelajari Al-Qur’an. Pewaris nabi tidak belajar dengan cengengesan, tidak dengan senda gurau, tetapi belajar dengan penuh kesungguhan,” ungkap Fatih.
“Kalian akan dicetak untuk menjadi pewaris nabi. Pewaris nabi harus memiliki bekal yang kuat dalam ilmu al-Quran. Ulama adalah pewaris nabi. Kalian akan dicetak untuk menjadi ulama.
Al-Quran tidak akan memberikan petunjuk kepada pelaku maksiat. Ikuti kegiatan ini dengan penuh kerja keras. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang berilmu. Jangan menjadi peserta yang biasa.
Jadilah peserta yang luar biasa. Sampai 22 September, bagi yang mendapatkan hafalan terbanyak, saya akan memberikan Rp1.000.000. Jangan pernah lelah apalagi putus asa. Ikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh,” tegas beliau.
Setelah sambutan dari Fatih, acara dilanjutkan dengan penyerahan mushaf oleh Direktur Pondok Pesantren, Drs KH Abd. Hakam Mubarok Lc MPd.
Sambutan KH Moch Anwar Mu’rob
Kegiatan berlanjut dengan sambutan dan doa dari Kiai Haji Moch Anwar Mu’rob, kiai sekaligus sesepuh Pondok Pesantren Muhammadiyah Karangasem.
Ia memberikan motivasi. “Cara termudah masuk surga adalah melalui membaca al-Quran. Siapa yang rutin membaca al-Quran akan dianggap sebagai keluarga Allah sehingga mudah menjadi penghuni surga.
Seorang Badui pernah bertanya kepada Rasulullah, ‘Ya Rasulullah, berikan kami amal agar kami mudah ke surga.’
Nabi Muhammad menjelaskan jika kalian ingin mudah masuk surga, maka kalian harus mencintai al-Quran. Beliau berkata kepada para sahabat, ‘Apabila kalian ingin melihat ahli surga bersama keluarganya, lihatlah orang ini.’
Nabi Muhammad pernah diminta untuk membelah bulan. Namun, mukjizat nabi yang bisa membelah bulan masih kalah hebat dibandingkan mukjizat Al-Qur’an,” ujar murid Abdurrahman Syamsuri, pendiri Pondok Pesantren Muhammadiyah Karangasem Paciran Lamongan.
“Mudah-mudahan Karangasem bisa menggelar daurah hingga hari kiamat. Mudah-mudahan Karangasem semakin maju. Sejatinya agama hanyalah Islam. al-Quran menjadi ujian bagi semesta alam. Karena semua akan ditanya, apa kitabmu?
Pesan untuk anak dan orang tua, mari kita mencintai al-Quran. Itu adalah cara yang termudah untuk masuk surga. al-Quran menjadi ujian bagi seluruh alam semesta. Kelak kita akan ditanya tentang apa kitab kita di dunia ini,” jelas Anwar Mu’rob.
Ia menutup acara pembukaan daurah dengan doa yang diamini peserta daurah. Mereka berharap daurah ini dapat mencetak kader-kader Muhammadiyah dan penerus perjuangan nabi.
Seusai acara, Fatih Futhoni meminta para wali santri dan pengurus untuk memberikan selamat dengan menyalami semua peserta daurah, baik laki-laki maupun perempuan.
Para santri kemudian diberikan informasi terkait kamar-kamar yang akan digunakan untuk istirahat selama tiga puluh hari.
Penulis Kamas Tontowi Editor Zahra Putri Pratiwig