Dua Mahasiswi UMM, Zahra dan Halizah, ketika mengikuti program International Student Exchange di Mahidol University. (Hassanal Wildan/PWMU.CO).
PWMU.CO – Dua mahasiswi Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berkesempatan mengikuti pertukaran pelajar internasional di Thailand. Keduanya berhasil mendapatkan program International Student Exchange di Physical Therapy Mahidol University, Thailand.
Mereka adalah Syabina Zahra Rienanda dan Nur Halizah Rahma Dini yang merupakan mahasiswa tahun ketiga yang mengikuti program tersebut sejak Juni 2024 lalu.
Adapun program tersebut sepenuhnya mendapat pembiayaan oleh kampus melalui beberapa persyaratan dan seleksi. Lebih lanjut, program itu menjadi upaya Fikes UMM untuk melebarkan saya di dunia internasional.
Metode yang Populer di Eropa
Zahra, sapaan akrabnya, menceritakan kegiatannya di sana, terutama yang berkaitan dengan kesehatan. “Kami mendapatkan pengetahuan dan wawasan baru yang sebelumnya belum pernah didapatkan di Indonesia, misalnya saja Vojta Therapy” terang Zahra.
“Kami mempelajari teknik ini pada saat melakukan clinical practice di Klinik Pediatri Mahidol University bersama PT. Soraya. Alhamdulillah ada banyak hal yang bisa kami praktekkan nanti” tandasnya.
Adapun Vojta Therapy merupakan sebuah metode neuromuskular dinamis menggunakan prinsip refleks lokomotor dan kinesiologi. Metode ini dapat diberikan pada pasien dengan permasalahan sistem saraf pusat dan sistem muskuloskeletal di segala rentang usia.
Menariknya, metode Vojta Therapy dikembangkan oleh Prof. Vaclav Vojta yang merupakan seorang spesialis neurologi anak pada abad ke-20. Kini, metode tersebut sudah banyak berkembang di Eropa dan memberikan banyak manfaat bagi dunia fisioterapi.
Modal untuk Master atau Doktoral
Di sisi lain, Halizah juga turut bercerita pengalamannya di Thailand. “Tidak hanya Vojta Therapy, kami juga dikenalkan dengan beberapa modalitas lain seperti Transcranial Magnetic Stimulation (TMS), Transcranial Direct Current Stimulation (TDCS), dan Peripheral Magnetic Stimulation (PMS)” ujarnya.
“Hal ini tentu memperkaya pengetahuan dan ilmu yang sudah didapat di perkuliahan Fikes” tegasnya.
Kehadiran dua mahasiswa UMM di Mahidol University mendapat sambutan hangat oleh salah satu dosen, Dr Jenjira Thanalamchokai. Menurutnya, hal-hal ini bisa menjadi modal yang sebenarnya hanya bisa mereka dapatkan di tingkat master ataupun doktoral.
“Namun, kami mendorong mahasiswa exchange untuk bisa mempelajari metode dan wawasan-wawasan terkait. kami memberikan kesempatan untuk mempelajari modalitas-modalitas tersebut” katanya yang juga pakar neurologi. (*)
Penulis Hassanal Wildan, Editor Danar Trivasya Fikri