PWMU.CO – Di sebuah sudut Desa Godog, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, berdiri teguh akar sejarah pendidikan yang berawal dari sepetak tanah kosong.
Tanah itu dahulu milik Kiyai Hasyim, seorang ulama besar yang juga menjadi pengajar di desa ini. Bersama istrinya yang berasal dari Kendal, Kiyai Hasyim mengabdikan hidupnya untuk mencerdaskan masyarakat melalui lembaga pendidikan yang didirikannya.
Namun, setelah wafatnya Kiyai Hasyim, tanah tersebut diserahkan kepada kepala desa saat itu, Sarpin Singosari. Inilah awal mula tanah itu kemudian dijadikan pusat pendidikan di Desa Godog.
Pusat Ilmu di Desa Godog
Sejak awal berdirinya, lembaga pendidikan ini telah menarik minat banyak pelajar dari desa-desa sekitar. Pada masa itu, Godog menjadi pusat pendidikan bagi masyarakat dari 20 desa lebih, seperti Gelap, Nglengor, Moro Pelang, Sukorejo, hingga Karangwungu dan Tejoasri.
Tokoh penting yang melanjutkan perjuangan K.H. Hasyim adalah H. Showab Mabrur, dengan dukungan kepala desa H. Thoha, yang memastikan pendidikan tetap berjalan di Godog.
Madrasah Ibtidaiyah dan Kiprah Muhammadiyah
Madrasah Ibtidaiyah Al-Islamiyah didirikan oleh Bapak Showab Mabrur pada tahun 1945 di tempat yang sekarang menjadi rumah Bapa Moh. Aqib.
Sekolah ini awalnya hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan madrasah bagi perempuan berada di Bulubrangsi, di rumah Bapak Samsi.
Tahun 1973, Madrasah di Godog dan Bulubrangsi dipisahkan, dan masing-masing mulai berkembang menjadi lembaga pendidikan yang lebih mandiri. Bangunan sekolah pada masa itu sangat sederhana, berdinding jaru, dan sering kali terganggu oleh monyet yang berkeliaran di sekitar.
Perkembangan dan Ekspansi Pendidikan
Pada tahun 1973, sekolah di Desa Godog pindah ke RW 5, setelah membeli sebuah rumah yang sebelumnya terkena sambaran petir, sehingga tidak ada yang berani menempatinya.
Di sana, mereka mulai membangun tiga lokal kelas. Tahun 1975, SMP Muhammadiyah mulai dirintis oleh Bapak Shodiq Abdullah, dengan nama awal SMP Diponegoro yang didirikan oleh Bapak Royhan dari Bulubrangsi.
Aliyah yang ada di Godog awalnya merupakan PGA 6 tahun yang berlokasi di Bulubrangsi. Namun, setelah adanya kesepakatan dengan Desa Bulubrangsi, sekolah ini kemudian dipindah ke Godog. Perintisnya, seperti banyak sekolah lainnya di Godog, adalah Bapak Showab.
SD Negeri dan Peran Pemerintah
Pada tahun 1976, SD Negeri (SD IMPRESS) didirikan sebagai bagian dari program pemerintah untuk memperluas akses pendidikan di desa-desa.
Kepala Desa saat itu, Bapak H. Thoha, berperan penting dalam mewujudkan pembangunan sekolah ini, menjadikan Desa Godog semakin kokoh sebagai pusat pendidikan di Kecamatan Laren.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Kontribusi Sosial
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Desa Godog mulai dirintis pada tahun 1971-1973 oleh Abdul Azis Yusuf, yang kemudian menjadi ketua pertama IPM di cabang Laren.
Kegiatan pertama IPM adalah muhadharah, yang diadakan di sekolah yang berada di rumah Bapak Aqib. Para pelajar dengan penuh semangat mengumpulkan dana untuk membeli lampu, bahkan dengan cara patungan satu ikat jagung per orang.
Selain muhadharah, kegiatan olahraga seperti bulu tangkis juga dimulai di kompleks perguruan yang sekarang menjadi kompleks sekolah.
Warisan Pendidikan yang Terus Berkembang
Pendidikan di Desa Godog tidak hanya menjadi simbol kemajuan, tetapi juga warisan budaya yang terus berkembang.
Dari tanah kosong di depan rumah Mbah Nakrawi hingga menjadi pusat pendidikan yang dihormati, Desa Godog telah membuktikan dirinya sebagai pelopor dalam mencerdaskan bangsa. Warisan ini terus berlanjut, membentuk generasi demi generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakar kuat pada nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.
Narasumber: Bapak Nakrawai dan Abdul Aziz Yusuf
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan/Arik Editor Azrohal Hasan