Suasana Focus Group Discussion dalam rangkaian pembentukan Lembaga Layanan Disabilitas di UMM, Rabu (4/9/2024). (Hassanal Wildan/PWMU.CO).
PWMU.CO – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terus memperkuat komitmennya dalam mendukung inklusivitas di lingkungan akademik. Salah satunya dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) sebagai bagian dari rangkaian kegiatan pembentukan Lembaga Layanan Disabilitas (LLD).
Acara ini terselenggara pada Rabu (4/9/2024) lalu dan terhadiri oleh puluhan sekretaris prodi dan kaprodi dari berbagai program di UMM.
FGD ini menghadirkan dua pemateri utama, yakni psikolog Siti Suminarti Fasikhah dan Ni’matuzahroh. Mereka memaparkan tentang pentingnya menciptakan lingkungan kampus yang inklusif dan ramah bagi mahasiswa dengan kebutuhan khusus.
Inklusivitas Bukan Sekadar Label
Dalam sesi diskusi, Siti Suminarti Fasikhah menekankan bahwa inklusivitas bukan hanya sekadar label. Namun merupakan upaya berkelanjutan yang harus terwujudkan melalui kebijakan, sarana prasarana, serta dukungan yang menyeluruh bagi seluruh sivitas akademika.
Di sisi lain, Ni’matuzahroh selaku pemateri kedua menilai bahwa UMM telah lama membuka peluang bagi mahasiswa dengan kebutuhan khusus dan beragam karakteristik. Termasuk di dalamnya terkait hambatan fisik, kognitif, sosial, dan emosi.
“Upaya untuk memodifikasi proses dan evaluasi pembelajaran sudah dilakukan. Namun dengan adanya LLD, diharapkan komitmen ini semakin kuat dan terintegrasi” katanya menegaskan.
Selama ini, UMM terus menunjukkan dedikasinya terhadap prinsip education for all. Melalui FGD ini, harapannya berbagai program studi di UMM dapat lebih memahami dan meningkatkan kapasitas mereka dalam mendukung mahasiswa berkebutuhan khusus. Sehingga, dapat tercipta suasana belajar yang adil dan setara.
Adapun pembentukan LLD di UMM merupakan langkah strategis untuk menyatukan berbagai upaya yang telah berlangsung secara terpisah menjadi satu lembaga yang terstruktur dan terarah.
LLD akan berfungsi sebagai pusat koordinasi dan pengembangan layanan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus. Selain itu, juga memberikan pelatihan bagi tenaga pendidik dan staf dalam menangani kebutuhan khusus di lingkungan kampus.
Ni’matuzahroh melihat, terselenggaranya FGD ini juga menjadi upaya UMM untuk mempertegas peranannya dalam mendukung inklusivitas. Selain itu juga langkah untuk memastikan bahwa seluruh mahasiswa, tanpa terkecuali, dapat meraih pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan mereka. (*)
Penulis Hassanal Wildan, Editor Danar Trivasya Fikri