Kemajuan yang dicapai, baik dalam organisasi dan amal usaha Muhammadiyah benar-benar terukur, transparan dan berkualitas.
Rata rata pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah adalah orang orang yang sudah selesai urusan duniawi nya. Mereka benar benar memimpin organisasi itu sebagai bagian dari ibadah dan amal shaleh.
Karena itu para pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah disemua tingkatan akan berusaha melakukan fasbiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan dengan para pendahulunya. Mereka berlomba-lomba memperbanyak amal usaha, amal shaleh dan amal dzariah dalam persyarikatan.
Walau pada akhirnya semua itu bergantung dari ikhtiar dan kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas masing masing, yang dilandasi keikhlasan hati, pengabdian dan pengorbanan mereka. Juga bergantung dari izin dan kehendak dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menentukannya.
Hanya dengan kepribadian fastabiqul khairat telah memberikan dorongan, motivasi dan semangat pada masing masing pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah dalam rangka memperbanyak amal usaha persyarikatan dalam berbagai aspek.
Selain itu, mereka secara pribadi berusaha memperbanyak amal shaleh dan amal dzariah untuk bekal hidup di akhirat kelak..
Demikian pula dengan kepribadian fastabiqul khairat, pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah lebih cenderung mengedepankan ikhtiar dan doa dalam rangka merealisasikan program yang telah ditetapkan dalam musyawarah.
Mereka berupaya memastikan bahwa setiap program yang dirancang sesuai dengan prinsip dan tujuan persyarikatan, agar tercapai hasil yang maksima
Kepribadian fastabiqul khairat juga melahirkan pusat pusat keunggulan di daerah basis basis Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Kini Universitas Muhammadiyah mulai bertambah yang mendapat akreditasi unggul, bukan hanya yang berdiri di daerah pulau Jawa, walaupun terbanyak, melainkan juga di daerah lainnya.
Setidaknya dua Universitas Muhammadiyah diluar Jawa, Unismuh di Ujung Pandang, Sulsel dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) di Medan, juga telah meraih akreditasi unggul.
Inovasi Pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah
Ternyata kepribadian fastabiqul khairat di kalangan pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah telah mendorong mereka untuk melakukan inovasi-inovasi baru yang berbeda beda.
Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) di Sorong, Papua Barat dan Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) di Nusa Tenggara Timur (NTT) juga unggul, khususnya dalam jumlah mahasiswa dari kalangan non muslimnya.
Keduanya memberi citra Muhammadiyah sebagai organisasi inklusif dan memiliki toleransi otentik, bukan slogan semata.
Sedangkan, UM Surabaya unggul dalam memberikan beasiswa pada olahragawan nasional. Hal ini menunjukkan keperduliannya pada bidang olah raga.
Sementara itu, UM Maumere di NTT, memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang tidak mampu untuk membayar uang kuliah dengan hasil bumi.
Ini sebuah inovasi yang mulia disaat mahal dan tingginya biaya kuliah di perguruan tinggi lainnya.
Pemimpin Aisyiyah juga berfasbiqul khairat dengan Muhamadiyah. Mereka sudah mulai memiliki universitas tersendiri yang dikelola oleh kalangan perempuan secara profesional.
Keadaan ini menunjukkan bahwa kaum perempuan dalam Muhammadiyah juga mampu melakukan aktifitas dan inovasinya sendiri tanpa bergantung pada Muhammadiyah.
Hal ini membuktikan bahwa pemimpin Aisyiyah benar benar mampu menunjukkan emansipasi otentik dan islami, bukan hanya slogan semata. Apalagi hanya sekedar melakukan protes dan kritik mempersoalkan perlakuan diskriminatif gender dalam masyarakat.
Seharusnya pemimpin Pemuda Muhammadiyah yang memiliki semboyan atau motto fastabiqul khairat dalam simbolnya dan AMM lainnya juga berusaha merealisasikan kepribadian persyarikatan itu dalam aktifitas gerakannya.
Sebagaimana yang dilakukan pemimpin oleh pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Kenapa tidak mereka mewujudkan program dan aktifitas, misalnya dalam bentuk pembangunan pusat pusat keunggulan, seperti mendirikan lembaga dan Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) atau Workshop buat generasi muda Muhammadiyah, ummat dan bangsa.