Baru Tapak Suci yang sudah merintis Pusdiklat Pencak Silat di Yogyakarta, seperti yang dilakukan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Jakarta.
Di dalam Pusdiklat itu dapat mereka gunakan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan tentang kepemimpinan, keorganisasian, administrasi, keuangan, keilmuan, ketrampilan dan keahlian.
Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan pelatihan wiraswasta dan bisnis, I.T dan teknologi digital. Juga tentang Al Islam ke-Muhammadiyah an (AIKA), al-Quran, dakwah, imam khatib, pemulasaraan jenazah, SAR dan lain sebagainya.
Namun, kecenderungan mereka dalam merealisasikan fastabiqul khairat baru dilakukan dalam realitas dan aktifitas organisasi yang bersifat rutinitas, terlebih saat diadakan pemilihan kepemimpinannya.
Belum pada gerakan kepemudaan dengan melakukan inovasi dan kreasi baru yang membawa pada keunggulan dan kemajuan.
Selain itu, gerakan fastabiqul khairat yang mereka lakukan selama ini lebih menonjol dalam aktifitas dan forum kebangsaan dan kenegaraan, sebagai upaya mencari peluang kekuasaan.
Baik yang mereka lakukan melalui jalur politik praktis atau government approach (pendekatan pada pemerintah), yakni berusaha menjalin hubungan baik dengan pejabat negara dan pemerintahan yang sedang berkuasa.
Kepribadian Fastabiqul Khairat dalam Persyarikatan
Adapun bagi pemimpin Pemuda dan Angkatan muda Muhammadiyah (AMM) yang tidak mampu melakukan fastabiqul khairat dalam tataran negara dan pemerintahan, mereka cenderung masuk dan berusaha memperkuat organisasi atau kepemimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Di antara mereka ada yang berhasil masuk dalam jajaran kepemimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah disemua tingkatan.
Bagi mereka yang tidak masuk dalam kepemimpinan organisasinya, mereka tetap dapat melakukan fasbiqul khairat nya dengan masuk dan memajukan amal usaha persyarikatan sesuai bidangnya.
Bagi mereka yang masuk dalam kepemimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah, ada yang dipercaya menjadi ketua umumnya.
Sebagaimana yang dialami oleh KH. Azhar Bashir MA (Pemuda Muhammadiyah), Prof Dr Amin Rais MA (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), Prof Dr Moh Din Syamsuddin MA (IMM/PM), Prof Dr Haedar Nashir MSI (Ikatan Pelajar Muhammadiyah/PM), Dr. Noordjanah Djohantini (IPM/Nasyiatul Aisyiyah). Lalu, Dr Apt Salmah Obayinah (NA).
Kepribadian Muhammadiyah dan Aisyiyah dalam fastabiqul khairat ini sudah seharusnya menjadi motivasi, dorongan dan semangat bagi para pemimpin persyarikatan di semua tingkatan.
Termasuk dari kalangan generasi mudanya untuk bergerak kearah keunggulan dan kemajuan.
Baik bagi mereka yang duduk menjadi pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah dan amal usahanya, ataupun mereka yang duduk dalam pemerintahan.
Mereka semua diharapkan agar terus menerus melakukan fasbiqul khairat, baik dalam mencapai tujuan persyarikatan, maupun menggapai tujuan negara, sesuai yang ditetapkan dalam anggaran dasar dan konstitusinya. Wallahu ‘alam.
Editor Zahra Putri Pratiwig