Imam Shamsi Ali (Foto: PWMU.CO)
Oleh Imam Shamsi Ali*
PWMU.CO – Timur Tengah menyala. Perang antara Israel dan Hizbullah di Lebanon mendapat reaksi dari Iran dengan mengirimkan 200-an rudal ke Israel. Serangan Israel ke Hizbulah di Lebanon telah menggugurkan ratusan nyawa kaum sipil.
Tapi, akibat terbesar bagi Hizbullah adalah tewasnya pemimpin organisasi yang mendapat label Barat sebagai gerakan terroris, Hasan Nasrullah. Amerika pun tidak tinggal diam. Kini, Amerika telah mengirimkan lebih 40,000 tentara ke Timur Tengah sebagai persiapan perang terbuka dengan Iran.
Dengan serangan Israel dan meninggalnya pemimpin Hizbullah itu, dipastikan jika Iran memang akan bereaksi dan membalasnya. Kita mengenal bahwa Hizbullah adalah organisasi yang berafiliasi dekat dengan Iran.
Selain itu, organisasi ini juga terkenal luas sebagai salah satu musuh bebuyutan Israel dan dianggap ancaman terbesar bagi negara penjajah zionis itu.
Serangan Israel ke Hizbullah
Serangan Israel ke Hizbullah di Lebanon ini dapat terpastikan sebagai bagian dari kampanye besar-besaran Israel. Tujuannya, untuk menunjukkan bahwa negara itu memiliki kapasitas kekuatan untuk menghadapi mereka yang dianggap musuh dan ancaman bagi negara zionis itu.
Sekaligus membuka mata jika berbagai kekerasan dan serangan Israel termasuk pembantaian dan genosida kepada bangsa Palestina memilki tujuan dan ambisi yang lebih besar dan luas di Timur Tengah.
Lebih dari itu, sesungguhnya tindakan membabi buta Israel kali ini adalah bagian dari upaya untuk menutupi kejahatan yang mereka lakukan di Gaza dan Palestina. Di satu sisi mereka tidak mampu mengelak lagi dengan kejahatan perang (war crimes) yang mereka lakukan di Gaza dan mendapat kecaman dunia internasional.
Bahkan lebih runyam lagi bagi Israel adalah kenyataan bahwa dengan penderitaan bangsa Palestina itu, pada sisi lain telah mengantarkan Palestina kepada pengakuan dunia yang semakin luas.
Sebagaimana diketahui, status Palestina saat ini, walaupun belum diakui sebagai negara merdeka tapi telah menerima status sebagai anggota penuh di PBB New York.
Tapi sebenarnya hal yang paling berbahaya dan dikhawatirkan dari perang Israel-Iran ini adalah pecahnya perang dengan skala yang lebih luas lagi. Dan ini akan melibatkan dunia Islam dan Timur Tengah pada khususnya.
Kita ingat dari perang Afghanistan, Irak, Libya, hingga ke Yaman, semuanya memaksa dunia Islam terlibat. Yang pada akhirnya tujuan terutama adalah melemahkan dunia Islam itu sendiri secara sistimatis.
Eskalasi kekerasan yang terjadi di Timur Tengah ini melibatkan banyak kepentingan, baik secara domestik, regional maupun global. Secara domestik pastinya Israel punya kepentingan besar untuk keamanannya. Saat ini hampir tidak ada lagi ancaman yang bersifat negara (state) kepada Israel kecuali Iran.
Ancaman Nyata Israel Kini
Negara-negara Arab lainnya, bahkan non Arab seperti Turki, tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel. Sedangkan Iran dengan potensi Kekuatan nuklirnya adalah momok yang menakutkan bagi Israel.
Secara regional kita tahu bahwa sejak lama beberapa negara tetangga, khususnya Saudi Arabia, telah menjadikan Iran sebagai kekuatan sekaligus ancaman terbesar di Timur Tengah.
Segala sesuatu akan dilakukan oleh Saudi Arabia demi melemahkan Iran untuk meyakinkan agar ancaman itu tidak berlanjut. Bahkan tidak tanggung-tanggung melakukan boikot ke negara Saudara sendiri (daulah syaqiiqah), Qatar, karena teranggap ada kedekatan dengan Iran.
Namun sesungguhnya yang tidak kalah penting adalah adanya kepentingan global yang sedang diperkelahikan. Dan selamanya kepentingan global ini memiliki akar penting di Timur Tengah.
Selain karena aspek ideologi, Islam vs Sekuler, juga karena Timur Tengah masih dianggap pusat sumber perekonomian dunia atau economic resources terbesar.
Kita mengenal pertarungan antara blok-blok kekuatan dunia saat ini. Antara Rusia dan Amerika di Barat. Antara Amerika dan China di Timur. Dan kekuatan penyeimbang itu ada di Timur Tengah dan dunia Islam.
Saya sangat merasakan pesan Huntington dalam bukunya “Clash Among Civilization” dalam konflik ini. Di mana Barat, China dan Islam akan berbenturan untuk mendominasi dunia ke depan.
Israel adalah tangan kanan kekuatan Barat di Timur tengah dan dunia Islam. Seringkali Israel ditampilkan sebagai “the only democracy in the Middle East”. Israel akan sengaja melakukan dengan sendirinya atau dipakai oleh Barat untuk melakukan segala hal untuk memastikan dunia Islam melemah.
Dan itu dapat kita lihat dari masa ke masa. Dari perang Afghanistan, Irak, Suriah, Yaman, Sudan, bahkan kini perang terbuka dengan Iran, semua itu tidak terlepas dari upaya sistematis dan cerdas dari kekuatan Barat untuk melemahkan dunia Islam.
Karenanya, bagi saya tidak terlalu mengejutkan dan mengkhawatirkan dengan prilaku Israel yang zholim. Karena memang itu tabiat dasarnya. Penjajah tidak akan bisa diharapkan bersikap civilized (beradab) karena memang biadab.
Amerika dan Double Standard
Saya juga tidak terlalu terkejut dengan perilaku Amerika yang “double standard” ketika sudah bersentuhan dengan kebijakan Timur Tengah. Memang itu karakter dan sejarah Amerika di berbagai belahan dunia. Tidakkah kita ingat apa yang Amerika telah lakukan di negara-negar Latin dan Amerika Tengah?
Justru yang membingungkan dan menyedihkan adalah sikap negara-negara Islam dan Timur Tengah yang tidak sadar diri bahwa mereka sedang menjadi korban kekuatan global (baca Barat).
Mereka mendapatkan amunisi dan/atau dipaksa membeli persenjataan dari dunia Barat untuk saing melemahkan dan mengeliminasi di antara mereka. Yang pada akhirnya kelak mereka justru akan menjadi korban dan menjadi budak anak emas Amerika di Timur Tengah (Israel).
Oleh karenanya kalau dunia Islam, khususnya Timur Tengah, tidak segera sadar maka tunggu dua tiga tahun ke depan. Tidakkah negara-negara tetangga Israel itu sadar bahwa ancaman Israel sebagai kaki tangan kekuatan Barat nyata bagi mereka?
Tidakkah mereka belajar dari keruntuhan negara-negara Arab sebelumnya? Irak, Libya, Suriah dan lain-lain? Seharusnya semua itu dapat membuka mata mereka bahwa mereka adalah target selanjutnya. Lebih runyam lagi karena mereka saat ini terpakai untuk kepentingan musuh sendiri (baca Israel).
Negara-negara sepeti Jordan, Mesir, Suriah, bahkan negara-negara teluk Emirat, Kuwait, Saudi Arabia, dan lain-lain tidak akan pernah dijadikan teman sejati Israel. Selama negara-negara itu masih dikategorikan negara-negara Muslim, Israel zionis tidak akan pernah tenang karena merasa terancam dengan kategori “Muslim” itu.
Dalam hal ini saya berusaha untuk tidak menarik agama ke dalam konflik ini. Tapi kenyataannya motivasi terbesar Benjamin Natanyahu melakukan ekspansi perang saat ini karena keyakinan agamanya yang ekstrim.
Sehingga saya yakin keyakinan agama ekstrim seperti Benjamin itulah yang akan menjadi kenyataan pahit bagi negara-negara Arab lainnya.
Karenanya saya hanya mengingatkan: jangan pernah merasa aman dari Israel yang selalu mengintaimu. Lebih baik melakukan tindakan preventif ketimbang menggigit jari di kemudian hari. Ingat itu!
Madinah Al-Munawarah, 2 Oktober 2024
*Aktivis Dialog antar Agama di Amerika.
Editor Danar Trivasya Fikri