PWMU.CO – Blusukan di segala pelosok Bojonegoro tentu sudah biasa dilakukan Kang Yoto. Tapi kali ini, dia melakukannya di Malaysia.
Bupati Bojonegoro yang bernama lengkap Dr Suyoto MSi itu mengunjungi warga Jawa Timur yang tinggal di Kuala Lumpur di sela kegiatan pribadinya di Malaysia.
Di sana, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik itu bertemu dengan warga Lamongan dan warga Wotan, Gresik serta alumni Pondok Pesantren Karang Asem, Paciran, Kabupaten Lamongan di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Jalan Raja Alang, Chow Kit, Kuala Lumpur dan memberikan ceramah agama, Kamis (12/10/17) malam.
TPA yang didirikan oleh Pengurus Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) Kampung Baru, Kuala Lumpur itu memberikan pendidikan agama kepada anak-anak Indonesia dan Malaysia secara gratis.
Adapun acara pribadi Kang Yoto di Malaysia adalah menjenguk istrinya yang saat ini sedang menempuh S3 di Universitas Pendidikan Sultan Idris di Negara Bagian Perak, Malaysia.
“Karena hubungan kami baik, sebelum pergi ke sini untuk menjenguk istrinya, beliau menghubungi kami. Jadi kami ‘culik’ untuk silaturrahim dengan kawan-kawan di Kampung Baru,” ujar Fauzi, tokoh perantauan dari Bulubrangsi, Laren, Lamongan.
Akhirnya digelarlah pengajian singkat yang dihadiri warga dari PRIM Kampung Baru, PRIM Kepong, dan Ikatan Alumni Pondok Pesantren Karang Asem, Paciran, Kabupaten Lamongan, di Malaysia.
“Agenda Kang Yoto hanya silaturahmi dan temu kangen dengan warga Lamongan dan Gresik. Jumat pagi menjemput istrinya yang kuliah di Tanjung malim,” kata Fauzi yang juga anggota Ikatan Alumni Pondok Pesantren Karang Asem itu.
Dalam ceramahnya Kang Yoto mengatakan bahwa seandainya umat Islam meyakini dan menjalani Surat At Tin maka mereka di manapun akan menjadi umat yang hebat dan sukses.
“Kalau jadi politisi sukses. Jadi pekerja sukses. Jadi apa saja akan sukses. Surat At-Tin itu mengingatkan kepada kita, Allah mengatakan siapapun yang memenuhi syarat (beriman dan mengerjakan kebajikan) akan mendapatkan pahala yang tidak ada putus-putusnya. Mendapatkan ‘reward’ yang tidak bisa di-interupsi,” katanya.
Dalam Bahasa Jawa, menurut mantan anggota DPRD Jawa Timur ini, ada istilah mendapat rezeki “di-tampeh” atau di-tolak, sedangkan dalam ayat tersebut adalah mendapatkan rejeki yang tidak bisa ditolak.
“Dalam tradisi orang Jawa dan juga orang China mengenal harta, tahta, cinta, dan kata-kata atau pujian. Semua orang yang dicari empat ini. Kalau ini di-ridhai Allah maka akan masuk surga,” katanya. (Agus S)