PWMU.CO – Mendidik anak menjadi shalih dan shalihah adalah peran utama seorang ibu. Hal ini disampaikan oleh Siti Chaulah, dalam kegiatan Gerakan Perempuan Mengaji (GPM) yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Wringinanom, Gresik, Jawa Timur, pada Ahad (20/10/2024).
Mengawali ceramahnya, Ustadzah Sikhol—panggilan akrab Siti Chaulah—mengajukan pertanyaan kepada para jamaah tentang beratnya mendidik anak. “Ibu-ibu, mendidik anak itu berat atau tidak?” tanyanya.
“Abot (Berat)!” jawab para jamaah serentak.
Mendengar jawaban tersebut, Siti Chaulah kemudian bertanya lagi, “Kalau memang berat, apa modal yang harus dimiliki seorang ibu?”
Para jamaah yang berada di Musholla Al Jami’ Wringinanom menjawab beragam: ada yang mengatakan ilmu dan pendidikan, tenaga, uang, dan ada pula yang menjawab kesabaran.
Wakil Ketua Ranting Aisyiyah (PRA) Putat Tanggulangin ini menegaskan bahwa modal terpenting bagi seorang ibu dalam mendidik dan mengasuh anak adalah sabar.
“Kalau tidak sabar, nanti cubitan selalu menghampiri anak,” ujarnya disambut tawa para jamaah.
Dalam rumah tangga, lanjutnya, seorang ibu juga membutuhkan banyak STMJ. “Bu! Apa itu STMJ?” tanyanya sambil tersenyum.
Jawaban para jamaah kembali mengundang tawa. “Bukan susu, telur, madu, dan jahe, Bu!” katanya sambil tertawa. “STMJ yang saya maksud adalah: Sayang, Taat, Musyawarah, dan Jujur,” jelasnya.
- Sayang berarti kasih sayang kepada suami, dengan cara memperhatikan dan melayani kebutuhannya.
- Taat mengacu pada ketaatan terhadap perintah Allah, suami, dan aturan yang ada.
- Musyawarah diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam rumah tangga.
- Jujur adalah sifat yang harus diterapkan dalam berkeluarga, berteman, dan bersaudara. “Jangan sampai berbohong, karena sekali berbohong, kepercayaan hilang,” tegasnya.
Siti Chaulah juga menekankan pentingnya menanamkan kejujuran kepada anak sejak usia dini. “Misalnya, kalau ada tukang kredit datang menagih, jangan ajarkan anak berbohong dengan mengatakan ibunya sedang tidak di rumah,” ucapnya, yang disambut tawa jamaah.
Ia juga menjelaskan bahwa mengaji itu berarti mendengarkan, merenungkan, dan mempraktikkan ajaran agama. “Jangan hanya mendengarkan tapi kemudian mengantuk atau malah lengah,” tambahnya.
Salah satu cara mendidik anak secara Islami, menurutnya, adalah dengan memperdengarkan al-Quran sesering mungkin, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Ia merujuk pada QS Ali Imran ayat 35 yang menceritakan tentang Hana, ibu dari Maryam, yang bernazar agar anaknya kelak menjadi hamba yang mengabdi kepada Allah.
Chaulah juga menekankan pentingnya mengajarkan anak berdoa sebelum tidur, bukan memarahi atau menghakimi.
“Jangan biarkan anak-anak terlalu sering menggunakan YouTube. Sekarang sedikit-sedikit buka YouTube—nangis, lihat YouTube, makan sambil lihat YouTube. Bahkan, kadang ibu-ibu juga ikut senyum-senyum sendiri,” pungkasnya.
Kajian diakhiri dengan doa bersama agar Allah memberikan anak-anak yang shalih dan shalihah kepada para jamaah. Aamiin. (*)
Penulis Kusmiani Editor Wildan Nanda Rahmatullah