Oleh: Muhammad Irfan Hakim (Dewan Sughli Wilayah Jawa Timur)
PWMU.CO – Keluasan makna Hizbul Wathan (pembela tanah air) sudah sedikit banyak diuraikan pada tulisan berjudul Kontekstualisasi Makna Nama Hizbul Wathan dengan Permasalahan Aktual Tanah Air.
Singkatnya, untuk membela tanah air, dibutuhkan kontekstualisasi dengan permasalahan yang ada secara aktual di tanah air. Hal ini diperlukan untuk melebarkan sayap dakwah dan memberikan kontribusi gerakan demi kemaslahatan.
Jika kita kontekstualisasikan dengan permasalahan aktual yang kini menjadi perhatian, yakni isu lingkungan hidup, maka Hizbul Wathan juga harus memiliki andil dalam penyelesaiannya.
Isu lingkungan hidup tidak hanya menjadi isu nasional Indonesia, tetapi telah menjadi isu global yang dirasakan oleh semua umat manusia.
Krisis lingkungan telah menjadi ancaman nyata bagi kehidupan kita semua, dan bencana ekologis mengintai serta mengancam keselamatan. Pilihannya adalah diam atau bergerak untuk upaya perbaikan.
Muhammadiyah sebagai organisasi yang bernafaskan Islam harus menjadi pionir dalam mensyiarkan bahwa ajaran Islam mampu menjawab semua problematika kehidupan, termasuk persoalan lingkungan hidup.
Pada dasarnya, ajaran Islam kaya akan nilai pelestarian lingkungan. Tinggal kita mau menggali dan mengamalkannya atau tidak.
Di Muhammadiyah, salah satu landasan filosofis terkait lingkungan adalah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah yang mengatur kehidupan dalam melestarikan lingkungan.
Hizbul Wathan sebagai perpanjangan tangan Muhammadiyah berupa organisasi otonom sangat bisa berkontribusi dalam isu lingkungan, terlebih karena memiliki keterkaitan dengan lingkungan.
Dalam metode kepanduan, tempat berkegiatan adalah di alam terbuka. Selain itu, pelaksanaan prinsip dasar kepanduan dan metode kepanduan disesuaikan dengan kepentingan, kebutuhan, situasi, dan kondisi masyarakat serta kepentingan Persyarikatan.
Kini, salah satu yang menjadi konsentrasi utama adalah persoalan lingkungan. Kita sering berkegiatan di alam terbuka, seperti di hutan, namun deforestasi yang masif menjadi persoalan. Jika hutan sudah tiada, mau berkegiatan di mana lagi?
Selain itu, sering kali kita melakukan tadabur alam. Namun, bagaimana kita bisa menikmati keindahan ciptaan Sang Pencipta, Allah SWT, jika alam sudah rusak?
Jangan sampai metode kepanduan Hizbul Wathan yang menarik, menyenangkan, dan menantang berubah menjadi hal mengerikan dan membahayakan karena kerusakan alam tempat berkegiatan. Hal ini menjadi pekerjaan rumah sekaligus lahan dakwah bagi Hizbul Wathan.
Namun, adakah landasan filosofis dalam Hizbul Wathan yang berkaitan dengan lingkungan? Jika ada, tetapi kurang tereksplorasi, mari kita eksplorasi bahkan mengembangkan khazanahnya!