Landasan Filosofis Hizbul Wathan
Sebagai pandu yang berasaskan keislaman dan kemuhammadiyahan, maka napas dan landasan geraknya berpatokan pada Islam dan Muhammadiyah, termasuk dalam merespons isu lingkungan.
Jika kita menggali nilai-nilai yang terkandung, maka kita dapat menemukan berbagai nilai yang dapat dijadikan rujukan atau landasan Hizbul Wathan terkait lingkungan.
Kita mulai dari yang sederhana, yaitu makna filosofis dari warna baju dan celana. Baju berwarna cokelat melambangkan tanah, sedangkan celana berwarna biru melambangkan air. Selain itu, lambang berbentuk matahari dan simbol berupa sekuntum bunga melati.
Dari semua itu, terdapat unsur tanah, air, matahari, dan bunga melati, yang artinya sangat lekat dengan lingkungan.
Isyarat untuk melestarikan lingkungan juga dapat kita temukan dalam Janji dan Undang-Undang Pandu Hizbul Wathan. Janji yang pertama berbunyi, “Setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah, undang-undang, dan tanah air”.
Sebagai hamba Allah, kita diamanahi sebagai khalifatullah fil ardh, yang bertanggung jawab dalam mengelola, menjaga, memelihara, dan melestarikan ayat kauniyah Allah yang ada di dunia.
UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juga mengamanatkan untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Bahkan, dalam Undang-Undang Hizbul Wathan yang keenam tersirat bahwa “Pandu Hizbul Wathan itu menyayangi semua makhluk.”
Merespons isu lingkungan hidup juga telah tertuang pada misi nomor 5 dalam pendahuluan Pedoman Organisasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, yang berbunyi “Merespons isu-isu kemanusiaan dan lingkungan hidup untuk ketercapaian SDGs dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga mereka menjadi muslim yang sebenar-benarnya, dan siap menjadi kader Persyarikatan, umat, dan bangsa yang berkarakter unggul dan berakhlak karimah.”
Banyak lagi landasan filosofis yang dapat dijadikan pijakan dalam gerakan lingkungan oleh Hizbul Wathan, apalagi jika ditarik lebih mendalam seperti dalam al-Quran dan sunah, serta nilai-nilai dalam Muhammadiyah.
Nilai yang terkandung dalam Hizbul Wathan ternyata sarat makna yang berkaitan dengan lingkungan. Nilai yang kaya tidak selalu tersurat; kadang juga tersirat. Oleh karena itu, kita perlu mengeksplorasinya dengan penghayatan yang mendalam.
Dalam bahasa sosiologi disebut sebagai interpretative-understanding, sehingga nilai yang tersirat itu dapat kita jadikan tersurat melalui gerakan atau aksi nyata. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk pelestarian lingkungan; tinggal ada kemauan atau tidak.