Ujian Berupa Sakit
Selain menghapus dosa, ujian berupa sakit dan keletihan juga akan meningkatkan derajat yang tinggi bagi seorang mukmin. Dalam riwayat yang lain, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ، ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى يُبَلِّغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ
“Sesungguhnya apabila seorang hamba telah ditetapkan baginya suatu derajat oleh Allah yang tidak dapat ia capai dengan amal perbuatannya, maka Allah akan mengujinya pada tubuhnya, hartanya, atau anaknya, kemudian Allah memberinya kesabaran sehingga ia mencapai derajat yang telah Allah tetapkan untuknya.” (HR. Abu Daud no. 3090, Ahmad no. 23182)
Kemudian Rasulullah SAW juga bersabda:
إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan. Barangsiapa ridha, maka baginya keridhaan (Allah), dan barangsiapa yang marah, maka baginya kemurkaan (Allah).” (HR. Tirmidzi no. 2396, Ibnu Majah no. 4031)
Hadits ini menjadi penghibur hati bagi setiap mukmin yang tengah diuji dengan sakit atau keletihan. Allah SWT memberikan ujian ini sebagai tanda akan kasih sayangnya, agar kita semakin mendekat kepada-Nya dengan penuh keikhlasan dan ridha.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, ajaran ini mengajarkan kita untuk senantiasa berpikir positif terhadap segala yang menimpa, mencari hikmah di balik setiap kesulitan, dan memperkuat hubungan dengan Allah. Ujian adalah kesempatan untuk mendekatkan diri, memperbaiki diri, dan menjadi pribadi yang lebih baik di sisi-Nya. (*)
Editor Amanat Solikah