Jawa Timur dan Masalah Lingkungannya
Jawa Timur adalah provinsi dengan jumlah penduduk yang sangat besar dan kepadatan industri yang tinggi. Hal ini berimbas langsung pada lingkungan yang semakin tertekan oleh aktivitas manusia. Mulai dari deforestasi, polusi udara, pencemaran sungai, hingga masalah sampah yang kerap kali tidak terkelola dengan baik, Jawa Timur memiliki segudang pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.
Salah satu contoh nyata adalah tingginya polusi udara di kota-kota besar seperti Surabaya. Pada awal tahun 2024, Surabaya tercatat sebagai salah satu kota dengan tingkat polusi tertinggi di Indonesia. Selain itu, Sungai Brantas, yang merupakan salah satu sungai terpanjang di Jawa Timur, telah mengalami pencemaran berat akibat limbah industri dan sampah domestik.
Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi dengan timbulan sampah terbesar di Indonesia yakni 6,11 juta ton sampah berdasarkan data di Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup. Dan komposisi sampah yang mendominasi adalah sampah sisa makanan dan 60,53% berasal dari rumah tangga.
Edukasi preventif dan komprehensif partisipasi masyarakat sangat diperlukan tentang bagaimana pola hidup masyarakat untuk dapat menghabiskan makanannya sehingga mengurangi potensi sampah sisa makanan.
Selain itu, ada juga isu terkait dengan bencana alam yang semakin sering terjadi, seperti banjir dan tanah longsor, yang dipengaruhi oleh kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Deforestasi dan konversi lahan untuk perkebunan dan pemukiman semakin memperburuk kondisi ekosistem alam.Jawa Timur memiliki potensi komoditas mineral yang besar karena berada di dekat jalur “ring of fire”.
Salah satu tambang emas terbesar di Indonesia, yaitu Tambang Emas Tujuh Bukit, berada di Banyuwangi, Jawa Timur. Isu lingkungan menyentuh seluruh aspek kehidupan karena berpengaruh pada air, tanah dan udara. Hak atas lingkungan hidup yang sehat merupakan bagian integral dari hak asasi manusia karena lingkungan yang sehat adalah syarat utama untuk kehidupan yang layak dan bermartabat. Semua masalah ini menuntut perhatian lebih dari pemerintah daerah, terutama gubernur yang akan memimpin Jawa Timur untuk periode mendatang.