PWMU.CO – Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Sidoarjo mengadakan program budaya dengan menggelar Napak Tilas ke Yogyakarta, kota yang memiliki nilai sejarah sebagai tempat berdirinya organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah pada Kamis-Sabtu (7-9/11/2024).
Salah satu tujuan dari Napak Tilas ini adalah untuk melihat dari dekat peninggalan serta perjuangan KH Ahmad Dahlan ketika mendirikan Muhammadiyah dan membesarkan Aisyiyah.
Rombongan Napak Tilas dari PCA Sidoarjo ini terdiri dari 7 orang Pimpinan Harian beserta penasihat, serta perwakilan dari 7 majelis, yaitu Majelis Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar Menengah (Pauddasmen), Majelis Kader, Majelis Tabligh dan Ketarjihan, Majelis Kesehatan, Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS), Majelis Ekonomi, dan Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Selain itu, juga terdapat perwakilan dari 2 lembaga, yaitu Lembaga Budaya Seni dan Olahraga (LBSO) dan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB).
Selain pimpinan dan perwakilan majelis, dalam rombongan Napak Tilas ini juga ada perwakilan guru dari 6 TK Aisyiyah dan 2 PAUD, sedangkan dari amal usaha diwakili oleh pengurus Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) atau Panti Asuhan Putri Aisyiyah, serta Taman Penitipan Anak. Selain itu juga ada Pimpinan Ranting Aisyiyah se-Kecamatan Sidoarjo. Total peserta yang mengikuti kegiatan ini mencapai 100 orang, yang terbagi dalam dua bus.
Rombongan Napak Tilas dari PCA Sidoarjo berangkat pada hari Kamis, (7/11/2024) pukul 21.00 WIB dan berkumpul di kompleks perguruan Muhammadiyah Sidoarjo. Tujuan awal mereka adalah Masjid Jogokariyan, sebuah masjid yang terkenal dengan kesederhanaan bangunannya namun memberikan manfaat besar bagi masyarakat sekitar.
Ketika tiba di masjid, para peserta melaksanakan shalat Tahajud, mandi, shalat Subuh, dan mengikuti kajian. Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan untuk melaksanakan kegiatan Napak Tilas.
Setelah berkunjung ke Masjid Jogokariyan, rombongan melanjutkan perjalanan menuju daerah Karangkajen, tempat makam KH Ahmad Dahlan. Makam beliau, yang sederhana namun penuh makna. Selain makam KH Ahmad Dahlan juga ada makam AR Fahruddin serta beberapa tokoh Muhammadiyah lainnya.
Selanjutnya yaitu mengunjungi makam KH Ahmad Dahlan. Rombongan berjalan kaki bersama menuju ke Masjid Gede Kauman, yang menjadi titik kumpul awal kegiatan Napak Tilas.
Rombongan dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok dipandu oleh pemandu yang memberikan penjelasan secara detail mengenai gedung-gedung bersejarah peninggalan Muhammadiyah dan Aisyiyah. Salah satu tempat yang dijelaskan adalah mushala Aisyiyah, yang digunakan sebagai tempat ibadah bagi perempuan.
Peresmian mushala Aisyiyah oleh KH Ahmad Dahlan menandakan pengakuan atas hak dan kewajiban seorang wanita sebagai hamba Allah.
Dengan didirikannya mushala ini, KH Ahmad Dahlan memberikan dukungan kepada perempuan untuk lebih aktif dalam belajar agama Islam.
Selain itu, mushala ini juga menjadi tempat bagi perempuan untuk berkumpul, beribadah, dan mencurahkan ketaatan kepada Allah.Selain itu juga ada bangunan TK ABA Kauman, yang terletak di sebelah barat Masjid Gede Kauman. Dulunya merupakan gedung pertemuan untuk kegiatan pengajian Sopo Tresna.
Bangunan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi, karena merupakan cikal bakal berdirinya TK di Indonesia. Pendiriannya berawal dari keinginan Nyai Walidah untuk mencerdaskan dan meningkatkan harkat kaum wanita.
Bangunan yang tidak kalah penting adalah Langgar Kidul KH Ahmad Dahlan. Pada tahun 1898 di dalam langgar tersebut berkumpul 17 ulama. Mereka menggelar musyawarah untuk membahas mengenai arah kiblat yang sahih.
Langgar tersebut sempat dirobohkan karena dianggap menyimpang dari arah kiblat yang diyakini masyarakat setempat. Namun dibangun kembali pada tahun 1913. Masyarakat setempat mengenalnya dengan sebutan Pawiyatan yang artinya tempat belajar.
Acara selanjutnya adalah bersilaturahmi dengan para pimpinan di Pimpinan Pusat Aisyiyah. Mengingat keterbatasan ruang yang tersedia, hanya sekitar 25 orang yang bisa diterima untuk menghadiri pertemuan tersebut. Setelah melalui diskusi, diputuskan bahwa yang akan berangkat adalah Pimpinan harian lengkap beserta para penasehat, perwakilan dari TK dan Paud, perwakilan dari majelis, serta satu orang dari setiap ranting.
Rombongan dari PCA Sidoarjo disambut dengan ramah oleh Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah, Dr Siti Aisyah MAg dan Dra Latifah Iskandar.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah Sidoarjo, Ir Haryanti Estuningdyah dalam sambutannya menyampaikan bahwa salah satu tujuan bersilahturahmi ke Pimpinan Pusat Aisyiyah adalah untuk mengenal lebih dekat mujahidah-mujahidah Aisyiyah yang rela meluangkan waktu mengurusi Aisyiyah dan umat. Selain itu acara ini juga bertujuan untuk belajar lebih dalam tentang Aisyiyah.
Dalam kesempatan tersebut, banyak sekali ilmu yang diberikan kepada para hadirin. Beberapa di antaranya adalah mengenai koperasi, yang tidak hanya terbatas pada kegiatan arisan, tetapi juga sebagai sarana pemberdayaan ekonomi yang lebih luas. Selain itu, ia juga berbicara tentang desa Qorriyyah Thoyyibah sebagai contoh desa yang mengedepankan nilai-nilai keberlanjutan dan kemandirian.
Ia menyoroti masalah kekerasan dalam rumah tangga yang kini semakin meningkat. Tidak kalah penting, Ia juga mengingatkan tentang pentingnya mengenalkan anak-anak panti asuhan dengan keterampilan hidup (life skill) yang dapat berguna bagi mereka ketika mereka keluar dari panti.
Malam hari di kota Yogyakarta ditutup dengan beristirahat di hotel SM Tower milik Persyarikatan. Rasa bangga menjadi bagian dari Muhammadiyah dirasakan oleh para peserta. Mereka merasakan napas sejarah yang telah membentuk gerakan ini dan seakan sedang diingatkan betapa pentingnya melanjutkan estafet perjuangan.
Semoga kegiatan napak tilas ini dapat membangkitkan ghiroh dan semangat dalam berjuang dan berdakwah di Aisyiyah. (*)
Penulis Haryanti Editor Ni’matul Faizah