Oleh: Yayang Nanda Budiman
PWMU.CO – Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, tak hanya berperan dalam ranah keagamaan, tetapi juga mempunyai andil strategis dalam konteks sosial-politik baik nasional maupun tataran global.
Sebagai organisasi besar yang berdiri sejak lebih dari satu abad lalu, Muhammadiyah telah melalui segala bentuk dinamika sosial politik bangsa Indonesia, bahkan sebelum masuk pada pintu kemerdekaan, ia mampu terus beradaptasi dengan kondisi perkembangan zaman, serta menjawab beragam tantangan global.
Dalam menghadapi kondisi dunia yang semakin terkoneksi, timbulnya fenomena globalisasi, serta pergeseran nilai-nilai politik dan sosial, Muhammadiyah tentu tak bisa hanya ketergantungan pada metodologi konservatif dalam merespons perubahan secara kaku.
Menyikapi hal ini, Muhammadiyah harus mampu beradaptasi dan menyusun ulang strategi dalam berinovasi bahkan menjadi aktor pendorong transformasi. Lantas, bagaimana Muhammadiyah melihat dan merespons perubahan global dalam perspektif sosial-politik? Inilah yang hendak kita upayakan sebagai bahan diskursus penting yang saat ini harus diketengahkan.
Globalisasi dan Dampaknya pada Sikap Sosial Politik Muhammadiyah
Muhammadiyah lahir dengan visi pembaharuan. Sejak didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 1912, Muhammadiyah tak hanya sekadar menanggapi kebutuhan sosial-keagamaan masyarakat, tetapi juga mencoba memberikan jalan keluar dalam mengatasi ketertinggalan.
Secara filosofis, Muhammadiyah berupaya untuk melepaskan diri dari jebakan tradisionalisme yang ekstrim, dan membuka ruang bagi kemajuan, baik dalam ilmu pengetahuan, pendidikan, maupun pemikiran agama.
Namun, di tengah dunia yang kini mengalami disrupsi teknologi dan akselerasi ruang informasi yang bergerak cepat, Muhammadiyah harus kembali menata ulang posisi yang hendak ia ambil, apakah pendekatan yang tersedia sudah cukup relevan dalam menghadapi kompleksitas sosial-politik dewasa ini?.
Dalam konteks global, Muhammadiyah perlu memposisikan dirinya sebagai agen perubahan yang tak hanya menanggapi isu-isu domestik, tapi juga berperan dalam interaksi internasional yang semakin berkembang.
Globalisasi kerap dipahami sebagai proses di mana ide, informasi, konsep dan individu bergerak melintasi batas-batas negara. Seiring dengan meningkatnya interaksi antarnegara, Muhammadiyah harus memperhatikan ulang posisi sosial politiknya. Apakah muhammadiyah hanya akan menjadi penonton dalam gelombang transformasi ini, atau justru menjadi aktor utama yang berperan aktif dalam mendesain tatanan global yang lebih berkeadilan?.
Globalisasi membawa segudang tantangan baru yang kian kompleks. Di satu sisi, globalisasi memberikan potensi besar bagi pertukaran pengetahuan, budaya, akses ke teknologi dan pendidikan yang demokratis, inklusif serta berkeadilan. Namun di sisi lain, globalisasi juga membawa dampak yang tak diinginkan seperti disparitas ekonomi, eksploitasi lingkungan dan penyebaran hasrat konsumerisme yang menggerogoti nilai-nilai kemanusiaan.
Muhammadiyah, dengan basis pemikiran yang berorientasi pada pencerahan, mempunyai tugas besar untuk mengartikulasikan jawaban atas semua tantangan yang hendak dihadapi di masa depan.
Peran Muhammadiyah dalam Menanggapi Ketimpangan Sosial dan Politik Global
Saat ini, di tengah arus globalisasi yang semakin deras, disparitas sosial-politik di dunia semakin kentara. Di Indonesia sendiri, kita menyaksikan bagaimana ketidaksetaraan kelas sosial semakin melebar.
Ketimpangan akses terhadap pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan ekonomi kian memprihatinkan. Sinyal ini memberikan panggilan bagi Muhammadiyah untuk tak hanya fokus pada peran sosial-keagamaan di level mikro, tetapi juga berani berhadapan langsung depan masalah makro, yakni ketidakadilan struktural yang menggerogoti struktur sosial politik global.
Sebagai sebuah organisasi, Muhammadiyah mempunyai sumber daya yang cukup besar dan berkualitas, baik dari segi intelektual, jaringan sosial, maupun kekuatan keagamaan. Oleh karena itu, organisasi ini perlu memanfaatkan beragam potensi tersebut untuk menanggapi isu-isu ketidakadilan sosial-politik di tingkat global.
Muhammadiyah tak bisa terus-menerus terperangkap dalam diskursus domestik, melainkan juga harus andil memberikan kontribusi dalam mendesain masa depan dunia yang lebih baik.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada kesadaran sosial dan solidaritas global, serta dengan menjadi roda penggerak dalam menciptakan sejumlah kebijakan publik yang demokratis, mengakomodasi semua kepentingan (inklusif) dan berkeadilan.
Muhammadiyah harus memposisikan dirinya sebagai penengah dalam diskursus global yang semakin kompleks. Sebagai organisasi yang mempunyai rekam jejak perjalanan dan pengalaman yang sangat panjang, Muhammadiyah dapat menawarkan wawasan Islam yang moderat, kesetaraan dan kemanusiaan sebagai alternatif terhadap berbagai konflik yang marak terjadi di berbagai belahan dunia.
Dalam konteks ini, Muhammadiyah berperan sebagai agen moderasi dalam menghadapi masalah kemanusian yang berkembang di banyak negara.