PWMU.CO – “Kefakiran atau kemiskinan bisa mendekatkan seseorang kepada kekufuran (murtad),” ujar Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Pasuruan.
Hal itu H Ahmad Samsoni SAg MPd ungkapkan dalam kajian Ahad pagi PCM Tulangan bersama ratusan jamaah Muhammadiyah dan Aisyiyah di Masjid Nurul Huda PRM Kepunten, Minggu (10/11/2024).
Ahmad Samsoni menjelaskan bahwa kefakiran dapat memengaruhi keimanan seseorang karena kondisi tersebut dapat mendorong seseorang melakukan apa saja, termasuk hal yang melanggar aturan.
Bahkan, kefakiran dapat mengganggu keimanan sehingga orang rela menggadaikan imannya akibat kemiskinan yang dialami. Rasulullah SAW pernah mengajarkan doa berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Allahumma inni a’udzu bika minal kufri wal faqri. Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzabil qabri. La ilaha illa anta.
‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur. Tidak ada Tuhan selain Engkau,’ (HR Ahmad, Nasa’i, dan Abi Syaibah).
Lebih lanjut, Ahmad Samsoni menjelaskan bahwa fakir dan kufur adalah dua sifat yang sering berdampingan.
Fakir bermakna kondisi kebutuhan yang banyak tetapi tanpa penghasilan, sedangkan kufur adalah tidak melaksanakan perintah Allah SWT sesuai syariat. Orang yang melakukan kekufuran disebut kafir, yakni mereka yang telah menutup hatinya dari hidayah Allah SWT.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Nu’aim, Rasulullah SAW bersabda:
كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
Hadist itu bermakna bahwa ‘Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran’.
Dalam hadis tersebut, kemiskinan memiliki tiga makna.
Dorongan kepada Kemaksiatan
Kemiskinan bisa menggoda seseorang melakukan kemaksiatan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Misalnya, seorang suami yang miskin melakukan perampokan atau seorang ibu menjual diri karena tekanan ekonomi. Nauzubillah min zaliq,” terang Ahmad Samsoni.
Lebih jauh disampaikan, banyak diantara orang miskin dengan ketidakberdayaannya secara ekonomi bahkan ada yang tidak pernah mengenal dan menjalankan perintah Tuhannya.
Sebagian dari mereka ada yang tidak pernah pergi ke masjid untuk shalat dan berpuasa di bulan Ramadhan. Alhasil, lemahnya Iman dan ketidakmampuan mereka dalam mencukupi kebutuhan dasar keluarga berupa pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Akhirnya, dimanfaatkan para misionaris untuk mengajak mereka berpindah keyakinan lain.
“Untuk itu sudah menjadi kewajiban kita semua menjaga keluarga dan generasi kita dari lemahnya Iman dan pengetahuan, “terangnya.
Peringatan bagi Orang Kaya
Kemiskinan mengingatkan orang kaya agar tidak lalai. Orang kaya diwajibkan mengeluarkan zakat dan dianjurkan bersedekah kepada fakir miskin.
Zakat dan sedekah memiliki fungsi sosial penting, yaitu meratakan kesejahteraan dan menjaga hubungan baik antara orang kaya dan miskin.
“Islam menekankan kepada orang kaya untuk senantiasa mengeluarkan zakat, baik zakat mal dan zakat fitrah, maupun sedekah yang diberikan kepada orang-orang miskin, baik mereka meminta maupun menahan diri untuk tidak memintanya,“ papar ustadz asal Pasuruan itu.
Kemiskinan Spiritual
Kemiskinan spiritual yakni kemiskinan yang tidak ada kaitannya dengan kekurangan harta benda duniawi. Namun, terkait dengan kurangnya iman atau jiwa. Rasulullah Saw bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
‘Kaya bukanlah karena banyaknya harta, tetapi kaya adalah kaya jiwa,’ (HR Bukhari dan Muslim).
Hadits diatas mengingatkan, bahwa orang yang kaya harta bisa saja dia sesungguhnya orang miskin disebabkan karena lemahnya jiwa atau iman. Orang seperti ini disebut orang miskin spiritual.
Miskin spiritual bisa sama bahayanya dengan miskin material. Oleh karenanya, tak jarang dijumpai beberapa orang kaya enggan mengeluarkan zakat dan sedekah karena jiwa atau hatinya memang miskin.
Mereka sesungguhya telah kufur atau ingkar dari perintah Allah. Lalu, tidak sedikit orang-orang yang secara material sudah kaya raya, tetapi mereka melakukan korupsi besar-besaran yang merugikan negara dan menyengsarakan rakyat.
“Mereka itu sesungguhnya orang-orang miskin, bukan karena kekurangan harta benda duniawi tetapi kurangnya iman kepada Allah SWT,“ ungkapnya.