PWMU.CO – Departemen Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur menggelar aksi Merdeka Sampah bersama difabel di delapan kabupaten maupun kota di Jawa Timur.
Kegiatan ini berlangsung di Banyuwangi, Jember, Situbondo, Magetan, Surabaya, Malang, Lamongan, dan Sidoarjo yang juga bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional, Selasa (3/12/2024).
Aksi ini bertujuan menciptakan kesadaran lingkungan yang inklusif. Mereka diajak berperan aktif dalam aksi lingkungan, salah satunya melalui pemilahan sampah sesuai kategori.
Edukasi dan Permainan Pilah Sampah
Rangkaian kegiatan dimulai dengan edukasi lingkungan dan pentingnya memilah sampah. Peserta diperkenalkan trashbag khusus pilah sampah, lalu diajak bermain permainan interaktif bertema pemilahan sampah.
Empat jenis trashbag yang digunakan memiliki warna berbeda sesuai jenis sampah. Warna kuning untuk plastik dan styrofoam, biru untuk kertas dan kardus, hijau untuk sampah organik, dan merah untuk sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Trashbag ini berfungsi sebagai media edukasi visual sekaligus alat dalam permainan interaktif.
Wakil Ketua PWNA Jawa Timur Bidang Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana, menyampaikan bahwa aksi ini adalah kolaborasi nyata dari berbagai pihak.
“Kolaborasi ini diharapkan menjadi langkah awal menuju perubahan positif, di mana setiap individu, tanpa memandang perbedaan, dapat menjadi agen pelestarian lingkungan yang tangguh,” ujar Zahro, sapaan akrabnya.
Warna di Setiap Kota
Setiap kota yang terlibat memberikan kesan tersendiri. Di Lamongan, kegiatan berlangsung di SLB Muhammadiyah Lamongan dengan 33 peserta. Mereka terdiri dari difabel dengan hambatan pendengaran, autisme, hambatan penglihatan, gangguan wicara, dan lainnya.
Ketua PWNA Jawa Timur, Desi Ratna Sari SH hadir memberikan edukasi pilah sampah dan menyerahkan trashbag hasil donasi kepada Kepala SLB Muhammadiyah Lamongan.
“Bermain bersama adik-adik istimewa memberikan pengalaman tentang kebersamaan yang tulus. Komunikasi tidak hanya melalui kata-kata, tetapi juga melalui tindakan dan perasaan. Mereka mengajarkan kita untuk lebih sabar, peka, dan menghargai dalam kesederhanaan,” ungkap Desi.
Meskipun menghadapi tantangan besar, semangat para peserta untuk belajar tetap tinggi.
“Kalau mereka yang punya keterbatasan saja semangat belajar dan memilah sampah, bagaimana dengan kita?” tambahnya.
Desi berharap trashbag yang dibagikan dapat digunakan berkelanjutan. Ia menginginkan kegiatan ini menjadi gerakan jangka panjang yang membiasakan anak berkebutuhan khusus memilah sampah.
Di Malang, aksi ini digelar di SLB-B YPTB Malang berkolaborasi dengan Rumah Baca Cerdas Institute A Malik Fadjar. Selain edukasi dan permainan pilah sampah, peserta diajak berliterasi melalui kegiatan read aloud menggunakan bahasa isyarat.
Salah satu peserta, Triadi Bagus Tresna, menyampaikan kesannya melalui kolom komentar di media sosial Rumah Baca Cerdas:
“Saya Bagus dari sekolah YPTB. Saya bilang makasih banyak, Kak. Saya dan teman-teman senang/seru. Buku banyak-banyak pasti bisa cari manfaat ilmu, ya.”
Bersinergi dan Berkolaborasi
Aksi ini juga dilakukan di SLB Muhammadiyah Tunas Bangsa Asembagus Situbondo, SLB Negeri SLB-C TPA Jember, SLB Panca Bhakti Magetan, SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Lalu, SLB Muhammadiyah Licin Banyuwangi, SLB Negeri Banyuwangi, dan Sekolah Inklusif Galuh Handayani Surabaya.
Melalui gerakan Merdeka Sampah, PWNA Jawa Timur mengajak semua pihak bersinergi, memperkuat inklusivitas, dan bersama-sama melindungi bumi. Difabel juga memiliki kemampuan luar biasa untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan.
Aksi ini bukan hanya soal membersihkan lingkungan, tetapi juga tentang merangkul kebersamaan dan pemberdayaan.
Bersama-sama, kita wujudkan dunia yang lebih bersih, ramah, dan berkeadilan. Peduli lingkungan adalah hak dan tanggung jawab semua pihak tanpa terkecuali.
Penulis Zahrotul Janah Editor Zahra Putri Pratiwig