PWMU.CO – Prof Din Syamsuddin berada di Malaysia untuk menghadiri Sidang The Group for Strategic Vision between Russian Federation and the Islamic World pada Rabu (11/12/2024). Di tengah jadwalnya yang padat, PCIM Malaysia berhasil “menculik” Prof Din untuk bersilaturahim dengan warga persyarikatan pada Rabu malam di WASOLA dan TPA Kampung Baru.
Momen yang Dinantikan Warga PCIM Malaysia
Kehadiran Prof. Din Syamsuddin di tengah warga PCIM Malaysia menjadi momen yang sangat menggembirakan. Pasalnya, setiap kali beliau menghadiri acara internasional di Malaysia, kesempatan untuk bertemu warga sering terlewatkan karena jadwal yang begitu padat.
“PCIM Malaysia adalah amal jariyah beliau. Prof. Din adalah tokoh yang meresmikan berdirinya PCIM Malaysia pada tahun 2007, saat PCIM Malaysia dipimpin oleh Prof. Akhyar Adnan. Beliau terakhir hadir di Malaysia saat acara pelantikan Pimpinan PCIM Malaysia periode Dr M Ariffin Ismail pada 2011. Alhamdulillah, akhirnya kami berhasil ‘menculik’ Ayahanda Prof. Din Syamsuddin setelah menunggu momen ini sekian lama,” ujar Prof Sonny Zulhuda, penasihat PCIM Malaysia, dalam sambutannya membuka acara sarasehan di TPA Kampung Baru.
Kebanggaan atas Kemajuan PCIM Malaysia
Dalam kesempatan tersebut, Prof Din Syamsuddin mengungkapkan rasa bangganya atas perkembangan PCIM dan PCIA Malaysia.
“Saya sudah mendengar tentang keberhasilan PCIM Malaysia yang kini memiliki amal usaha seperti WASOLA (Warung Soto Lamongan). Nama ‘Wasola’ dalam bahasa Arab berarti ‘sampai.’ Maka, saya akan mempromosikan ke teman-teman di Indonesia bahwa kalau ke Malaysia, harus sampai ke WASOLA,” ujarnya sambil tersenyum.
Cerita tentang Milad ke-112 Muhammadiyah
Prof. Din juga berbagi cerita tentang Milad ke-112 Muhammadiyah yang baru saja diselenggarakan di Kupang. Menurutnya, Tanwir Muhammadiyah di Kupang menjadi sejarah karena dibuka langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
“Pak Prabowo disambut luar biasa, dan masyarakat Kupang sangat berterima kasih kepada Muhammadiyah,” candanya.
Ia juga mengungkapkan rasa haru saat menyaksikan paduan suara mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kupang yang sebagian besar adalah non-Muslim.
“Saya meneteskan air mata ketika paduan suara ‘Sang Surya’ dinyanyikan oleh puluhan mahasiswa, yang 90 persen di antaranya adalah non-Muslim. Ini membuktikan peran Muhammadiyah dalam mencerdaskan dan memakmurkan bangsa,” ungkapnya penuh emosi.
Pesan untuk Warga PCIM Malaysia
Sebagai penutup, Prof. Din berpesan agar warga PCIM dan PCIA Malaysia selalu menjaga hubungan baik serta mematuhi peraturan pemerintah Malaysia.
“Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) selain sebagai wadah silaturahmi bagi warga dan simpatisan Muhammadiyah, juga berfungsi sebagai kedutaan Muhammadiyah. Karena itu, jagalah hubungan baik dan patuhi ketentuan pemerintah setempat,” pesannya. (*)
Penulis Mundzirin Mukhtar Editor Wildan Nanda Rahmatullah