PWMU.CO – Dalam Pengajian Akbar dan Silaturahmi Pondok Pesantren Al Fattah, KH Anang Rizka Masyhadi MA PhD, Pimpinan dan Pengasuh Pondok Modern Tazakka Batang, Jawa Tengah, menegaskan bahwa budaya kesantrian tidak boleh hilang, apa pun profesi yang dijalani.
Acara yang berlangsung di Pondok Pesantren Al Fattah, Buduran, Sidoarjo, dimulai pukul 09.00 WIB. Dengan penuh semangat, pembawa acara membuka kegiatan yang dihadiri ratusan jamaah pada Ahad (15/12/2024).
Kiai Anang, sapaan akrab KH Anang Rizka Masyhadi, menjadi pemateri pertama dalam acara ini. Ia menyampaikan bahwa pesantren merupakan salah satu identitas bangsa Indonesia yang sudah ada sebelum sistem sekolah modern diperkenalkan.
“Awal mula pesantren adalah seorang kiai yang mengajarkan ilmu kepada satu orang. Lambat laun, jumlah santri bertambah hingga menjadi satu kampung. Karena merasa rugi jika belajar hanya sebentar, para santri akhirnya memutuskan untuk menginap agar memiliki lebih banyak waktu untuk menimba ilmu,” tuturnya.
Tiga Pilar Pendidikan
Dalam pemaparannya, Kiai Anang menjelaskan bahwa pendidikan terdiri dari tiga pilar utama:
- Rumah
Rumah atau keluarga merupakan fondasi awal dalam membentuk karakter, kemampuan, dan masa depan anak. Lingkungan keluarga menjadi tempat pertama anak tumbuh dan berkembang, sehingga berperan besar dalam menentukan arah pendidikan anak. - Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak. Orang-orang di sekitar anak dapat memberikan contoh, bimbingan, atau pengaruh, baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, kepribadian seorang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya. - Sekolah
Sekolah menghadapi tantangan besar dalam pendidikan karakter. Selain mencetak siswa yang cerdas secara akademis, sekolah harus mengembangkan nilai-nilai moral dan etika, sehingga melahirkan generasi berkepribadian kuat, jujur, dan bertanggung jawab.
“Ketiga pilar ini dirangkum dalam satu konsep pendidikan yang hanya ada di pesantren. Pesantren itu ibarat pabrik manusia, tempat mencetak pemimpin masa depan,” jelas Kiai Anang.
Pesan Kiai Anang
Dalam penutupnya, Kiai Anang berpesan kepada jamaah agar tetap menjaga identitas kesantrian meski menjadi profesional di berbagai bidang.
“Jadilah jenderal yang jenderalnya santri, jadilah dokter yang dokternya santri, jadilah saudagar yang saudagar santri, dan jadilah pejabat yang pejabatnya santri. Apa pun profesi Anda, pastikan nilai-nilai kesantrian tetap melekat,” pesannya.
Ia juga mengingatkan bahwa data demografi Indonesia menunjukkan kebutuhan akan generasi muda yang aktif dan produktif.
“Pesantren harus fokus mencetak generasi emas untuk masa depan bangsa. Semoga pada puncak Indonesia Emas nanti, negeri ini akan dipimpin oleh santri,” tutupnya dengan penuh harapan. (*)
Penulis Bayu Firdaus Editor Wildan Nanda Rahmatullah