PWMU.CO – Sebagai salah satu pesantren, Sekolah Pesantren Entrepreneur Al-Maun Muhammadiyah (SPEAM) mengambil jalan moderat. Hal itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) kota Pasuruan, Dr H Abu Nasir MAg pada acara Silaturahmi Wali santri, Refleksi Pembelajaran dan Deklarasi Pesantren Ramah Anak, Sabtu (21/12/24) di aula SPEAM Putra.
Abu Nasir menuturkan bahwa saat ini setidaknya terdapat empat tipologi pesantren. Pertama, pesantren murni atau yang lazim disebut dengan pesantren salafiyah. Kedua pesantren ’ashriyah atau pesantren modern.
”Kemudian yang ketiga adalah pesantren bersistem boarding yang lebih banyak memberikan porsi pada pelajaran umum dan pelajaran agama serta tahfidz hanya sekadar tambahan. Dan yang keempat adalah pesantren mu’adalah yang murni memberikan pelajaran agama, kemudian para santrinya mengikuti ujian untuk mendapatkan ijazah persamaan,” ujarnya.
Lebih lanjut, doktor lulusan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengatakan bahwa saat ini sedang menjamur pesantren dengan branding internasional yang dilengkapi dengan fasilitas serba mewah, berbayar mahal sampai uang masuknya ratusan juta rupiah dan menjalin hubungan kerjasama dengan kampus di luar negeri.
Dari beberapa varian pesantren tersebut, Abu Nasir menganggap bahwa SPEAM mengambil jalan moderat. Moderasi pendidikan pesantren yang dilakukan SPEAM saat ini lanjutnya sudah tepat dengan menerapkan tiga keunggulan.
Ketiga keunggulan tersebut adalah hamalatul Qur’an. Para santri di SPEAM dibekali pengetahuan al-Quran yang memadai. Mulai dari tahsin al-Quran sampai menghafal al-Quran.
”Al-islam dan al-Qur’an menjadi basic dari semua pengetahuan para santri,” tegasnya.
Keunggulan kedua adalah bahasa asing, Arab dan Inggris. Saat ini ujar Abu Nasir kemampuan berbahasa asing bukan hanya sekadar modal tapi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh para santri.
”Dan Alhamdulillah, di SPEAM bahasa bukan hanya dipakai sebagai alat komunikasi, tapi juga untuk berpikir kritis,” terangnya.
Berciri Khas Entrepreneur
Yang ketiga SPEAM memiliki keunggulan entrepreneurship. Abu Nasir berujar bahwa disertasinya tentang aktivitas entrepreneur di SPEAM telah dipublikasikan ke masyarakat internasional melalui portal media online. Sehingga imbuhnya SPEAM sebagai lembaga pendidikan dengan ciri khas entrepreneur telah dikenal masyarakat luas.
”Untuk itu saya mohon pembentukan karakter entrepreneur harus diperkuat,” pintanya.
Masyarakat Indonesia dewasa ini menurut Abu Nasir masih terpapar kemiskininan. Angka pengangguran masih sangat tinggi. Dan di lain hal, minat entrepreneurship masih rendah. Masih di angka 96 dunia.
Abu Nasir menambahkan bahwa dari semua lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, hanya 17 persen yang berfikir dan menerapkan karakter entreprenur. Sedangkan sisanya belum berfikit tentang hal tersebut.
Padahal, lanjut Abu Nasir, untuk menanamkan karakter entrepreneur di sekolah dan pesantren hanya perlu dua hal: harus ada bengkel entrepreneur dan aktivitas entrepreneur.
Kepada para wali santri Abu Nasir berpesan supaya selama liburan ini para santri dan santriwati diberi tugas entrepreneurship.
”Tolong anak-anak ditugasi jualan, entah itu baju, jilbab atau makanan ringan ketika di rumah, bapak-ibu. Kalau bisa dan berhasil berarti ada keberanian dan rasa tanggung jawab,” ucapnya. (*)
Penulis Dadang Prabowo Editor Wildan Nanda Rahmatullah