PWMU.CO – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Panggang menggelar Kajian Ahad pagi di Masjid Al Mukminun, Dusun Panggang, Desa Lebanisuko Kecamatan Wringinanom, Gresik, Jawa Timur pada Ahad (29/11/2024).
Kajian ini menghadirkan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo, Koordinator Bidang Pendidikan Menengah dan Pendidikan Nonformal, Dr H Taufiqurrahman MA.
Mengawali tausyiahnya Taufiqurrahman memberikan motivasi kepada jamaah yang hadir sambil menyitir Quran surat al-Mulk ayat 10. Ia menjelaskan bahwa orang yang mendengarkan peringatan, seperti halnya datang ke majelis ilmu, Insyaallah tidak akan menjadi penghuni neraka Sa’ir.
Selain itu, Taufiqurrahman juga menyampaikan bahwa tingkatan orang yang datang ke majelis ilmu itu berbeda-beda di antaranya, pertama, ada yang datang untuk belajar, menyimak, dan mencatat dengan sungguh-sungguh.
Kedua, hanya mendengarkan. Ketiga, hadir secara fisik, sementara pikirannya melayang kemana-mana.
“Keempat, tidak suka dan tidak ingin datang. Tingkatan keempat ini, tidak perlu dibahas karena alhamdulillah, kita semua yang hadir di sini menyimak dengan baik dan merasa senang,” ujarnya.
Laki-laki yang juga Koordinator dan Pembimbing Jamaah Umrah di salah satu travel di Sidoarjo ini kemudian mengajak jamaah untuk bermuhasabah.
“Muhasabah akhir tahun yaitu mengevaluasi diri dalam setahun terakhir ini kita termasuk dalam golongan manusia yang bagaimana?,” tanyanya.
Ia kemudian membacakan surat al-Hasr ayat 18. Surat tersebut menyebutkan bahwa orang yang terpanggil dalam ayat ini adalah orang-orang beriman.
“Yaa ayyuhalladzina aamanuu, sebagai umat yang beriman, kita harus merespons panggilan dari Allah tersebut. Minimal, angkat kepala, jangan diam saja. Panggilan tersebut bisa mengandung dua kemungkinan, antara perintah atau larangan,” tuturnya.
Taufiqurrahman kemudian menerangkan bahwa masa hidup manusia hanya dibagi menjadi tiga: kemarin, sekarang, dan akan datang.
“Makanya, buang rasa sedih, karena kesedihan berasal dari masa lalu berupa penyesalan, dan kekhawatiran terhadap masa depan,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa dunia ini hanya sementara. Kenikmatan juga sementara, begitu pula dengan ketidaknyamanan. Maka dari itu, memperbaiki diri agar menjadi lebih baik dari tahun kemarin adalah hal yang terbaik.
“Jika kita tetap sama seperti tahun kemarin, maka kita termasuk orang yang rugi. Yang lebih celaka adalah orang yang menjadi lebih buruk dari tahun kemarin,” tegasnya.
Untuk menjadi lebih baik dan lebih bahagia di tahun depan, hal yang harus kita lakukan yakni, pertama, bertakwa kepada Allah dimana pun berada.
“Menjaga diri dari perkataan dan perbuatan serta berhati-hatilah dalam setiap langkah, jangan sampai mencelakai diri,” tandasnya.
Pola pikir mempengaruhi keberhasilan, pola hidup mempengaruhi kebahagiaan, dan pola makan mempengaruhi kesehatan. “Yang terakhir jangan sampai kebanyakan pola,” katanya disertai tawa jamaah.
Kedua, tertuang dalam Quran Surat Hud ayat 114 yaitu, melakukan kebaikan karena kebaikan bisa menghapus kesalahan yang pernah kita lakukan. Contoh kebaikan terhadap sesama ada sembilan yang tertuang dalam Quran surat an-Nisa ayat 36, di antaranya yaitu kebaikan terhadap kedua orang tua, sanak keluarga, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat rumah, tetangga jauh, teman dekat, orang yang meminta-minta dan pembantu.
Ketiga, baik dalam berhubungan dengan manusia. “Tidak berburuk sangka terhadap orang lain. Jika ingin bahagia, jangan memiliki masalah dengan orang lain karena dengan demikian kita bisa tidur dengan nyenyak. Insyaallah hidup akan bahagia,” ajaknya.
Kunci hidup bahagia selanjutnya yaitu jangan lupa berdoa meminta keselamatan dunia dan akhirat. “Sebagai penutup, marilah kita berdoa bersama-sama,” pungkasnya. (*)
Penulis Kusmiani Editor Ni’matul Faizah