PWMU.CO – Cara praktis menulis cerita dibahas dalam rapat kerja Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah (SDM) 16 Baratajaya Surabaya, Senin (23/12/2024).
Materi ini disampaikan oleh Mar’atus Sholihah SS MPd, Guru Kelas II Sekolah Kreatif Baratajaya, dalam Rapat Kerja (Raker) Shadow Teacher (Guru Pendamping Khusus) SDM 16 Surabaya di hall lantai 4.
Mengawali penyampaiannya, Ustadzah Atus menyarankan untuk mempersiapkan tiga bahan sebelum memulai menulis. “Tiga bahan tersebut adalah memahami tema, memahami genre, dan menyiapkan ide,” ungkapnya.
1. Memahami Tema
Pahami tema yang dipilih secara mendalam untuk menghindari tulisan yang terasa mengambang atau tanpa tujuan.
2. Memahami Genre
Genre adalah ragam atau kategori sastra berdasarkan bentuknya. “Macam-macam genre antara lain nonfiksi, fiksi, dan faksi,” jelasnya.
3. Menyiapkan Ide
Ide adalah kerangka utama dalam menulis, layaknya fondasi pada bangunan rumah. “Tanpa ide yang kuat, keinginan menulis hanya akan menjadi angan-angan yang sulit terwujud,” tambahnya.
Ia menekankan pentingnya segera menuangkan ide ke dalam dokumen digital atau buku catatan agar tidak menguap begitu saja. “Mulailah menulis apa yang ingin dijadikan naskah cerita,” sarannya.
Setelah tiga bahan tersebut siap, langkah berikutnya adalah membuat pembukaan cerita yang menarik. “Pembukaan bisa dimulai dengan puisi, kutipan, hadist atau ayat al-Quran, dialog, onomatope (tiruan bunyi), atau kalimat deskriptif yang memikat,” paparnya.
Penokohan dan Latar
Penokohan adalah elemen penting dalam cerpen. “Keberhasilan cerpen ditentukan oleh kemampuan penulis dalam menciptakan karakter yang kuat,” jelasnya.
Sedangkan latar meliputi keterangan waktu, ruang, dan suasana dalam cerita. “Latar harus menyatu dengan tema dan plot untuk menghasilkan cerpen yang berkualitas,” lanjutnya.
Sudut Pandang
Penentuan sudut pandang juga harus konsisten. “Sudut pandang paling umum digunakan adalah orang pertama (PoV1), dengan subjek seperti ‘aku’ atau ‘saya’,” terangnya.
Dialog dan Judul
Dialog memberi nyawa pada tulisan. “Tanpa dialog, karya akan terasa membosankan seperti membaca buku sejarah,” ucapnya.
Adapun judul harus menarik, singkat, dan tidak menceritakan keseluruhan isi. “Judul adalah elemen penting yang bisa menentukan daya tarik tulisan,” tegasnya.
Kata-Kata Bijak Tentang Menulis
Di akhir materi, Ustadzah Atus menyampaikan kata-kata bijak untuk membakar semangat menulis:
- “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” – Pramoedya Ananta Toer
- “Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak.” – Ali bin Abi Thalib
- “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.” – Imam Al-Ghazali
Salam literasi! (*)
Penulis Riska Oktaviana Editor Wildan Nanda Rahmatullah