PWMU.CO – Liburan telah usai, tibalah hari pertama sekolah sekaligus momentum pengambilan rapor di TK ABA 02 Pondok Modern Paciran Lamongan. Momen pengambilan rapor tentu menjadi ajang silaturrahim sekaligus forum informasi bagi pihak sekolah dengan wali siswa. Namun ada yang berbeda dengan tata cara yang diterapkan oleh TK ABA 02 Pondok Modern.
Di antara rangkaian sesi pengambilan rapor pada hari Sabtu (4/1/2025) ini, Wali siswa diberi waktu untuk melakukan bonding dengan anak-anak. Wali siswa menjelaskan kepada anak, tentang bagaimana evaluasi Ibu Guru di dalam rapor mereka. Meliputi keseharian mereka di sekolah, tentang apa yang telah banyak mereka lakukan, tentang apresiasi dan masukan dari ibu guru. Sambil menjelaskan sambil sounding afirmasi afirmasi baik untuk ananda.
Tentu saja tujuannya adalah memperkuat bonding antara orang tua dan anak, serta menekankan bahwa proses belajar mereka adalah sesuatu yang sifatnya penting dan bermakna. Meskipun anak-anak masih di jenjang TK, terbilang dini, namun anak-anak sudah mengerti apa yang orang tua utarakan. Baik perkataan, afirmasi simbolik, dan bahasa tubuh orang tua yang tentu akan sangat melekat bagi mereka.
“Di konsep pendidikan baru yang diusung Bapak Menteri kita, Bapak Abdul Mu’ti, peranan orang tua harus lebih aktif. Ada aktivitas penghubung yang harus lebih intens antara sekolah dan pelibatan orang tua, ini salah satu yang mendasari kami,” ungkap Khoirotun Hanik SAg SPd, Kepala TK ABA 02 Pondok Modern.
Melalui bonding ini, anak jadi memahami proses yang banyak mereka lewati, mengajak mereka flashback beragam pengalaman yang dinarasikan oleh guru di dalam rapor, yang memang jenisnya naratif kualitatif. Tidak kalah penting anak juga akan mengetahui apa saja yang harus mereka tingkatkan dan pertahankan di pembelajaran selanjutnya.
Hal kedua yang juga ditekankan Ibu Guru dalam momen ini, adalah agar rapor ini disampaikan kepada ayah.
“Bunda, tugas pengasuhan anak, bukan hanya di bunda, nggeh, tapi juga di ayah. Justru dalam al-Quran percakapan antara ayah dan anak lebih banyak ditemukan. Maka libatkan ayah, sampaikan hasil belajar anak pada ayah, ini penting, untuk saling berkolaborasi,” ungkap Reni, guru kelompok TK A saat memberi pengarahan.
Di tengah gempuran fenomena fatherless di negeri kita. Peran pengasuhan ayah, sifatnya bukanlah hanya membantu, tapi saling dan kolaboratif. Dan itu harus dinormalisasi. Menurut beberapa riset, peranan ayah, dialog ayah dan anak, justru berefek meningkatkan rasa kepercayaan diri anak. Semoga pendekatan tersebut bisa menjadi inspirasi bagi banyak pihak. (*)
Penulis Holy Ichda Editor Wildan Nanda Rahmatullah