Oleh: Achmad Zinuri Arif (Mahasiswa Program Studi Doktor Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya)
PWMU.CO – Perkembangan teknologi semakin cepat dan kompleks, hal ini menuntut semua pihak untuk menyiapkan diri dan adaptif terhadap perubahan yang terjadi. Ini juga yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Direktorat Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUD Dikdasmen), menggelar kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun dengan tema “Pengembangan Pembelajaran Coding dan Kecerdasan Buatan untuk Siswa Sekolah Dasar” yang diikuti oleh para kepala sekolah, guru, serta komunitas pengajaran coding dan kecerdasan buatan.
Diskusi tersebut bertujuan untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif terkait dengan coding dan kecerdasan buatan (AI) yang akan dimasukkan dalam kurikulum sekolah dasar pada tahun pelajaran 2025-2026. Kebijakan tersebut dilakukan untuk memberikan keterampilan abad 21 kepada anak-anak, terutama keterampilan yang mendukung penguasaan teknologi digital yang semakin berkembang pesat.
Keberadaan teknologi seperti coding dan AI diharapkan dapat memperkuat keterampilan kolaborasi, kreativitas, dan literasi digital, yang sangat dibutuhkan di dunia kerja digital yang berkembang pesat saat ini. Seperti yang kita ketahui, banyak negara maju sudah memulai pengajaran teknologi tinggi seperti coding dan AI sejak dini.
Kondisi ini tentu bukan muncul dari ruang hampa, namun dari relitas perkembangan teknologi yang begitu pesat yang terjadi, tidak hanya di Indonesia, tapi juga berbagai dunia. Menurut data dari World Economic Forum, Artificial Intelligence menempati posisi kedelapan dalam teknologi yang diprediksi akan diadopsi oleh organisasi pada tahun 2023-2027 dengan persentase sebesar 74,9%. Data tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan sehari-hari yang bersifat rutin dan manual akan semakin terotomatisasi oleh AI. Hal ini menciptakan peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang siap bersaing secara global.
Data dari Writers Buddy Report tahun 2022-2023 tercatat bahwa Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara dengan pengguna AI terbanyak. hal ini menunjukkan betapa besar potensi pengguna AI di Indonesia, yang dapat menjadi pendorong penting dalam mewujudkan SDM unggul.
Selain itu, data lain juga menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara paling optimis dengan AI. Survei Artificial Intelligence Index Report 2024 oleh Stanford University menunjukkan bahwa orang Indonesia termasuk yang paling optimis di dunia terhadap teknologi AI. Optimisme ini mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia melihat potensi besar yang dimiliki AI dalam meningkatkan berbagai aspek kehidupan.
Tingginya adopsi dan optimisme terhadap AI, ditambah dengan banyaknya talenta pengembang perangkat lunak, menciptakan peluang besar bagi Indonesia. Keterhubungan digital yang semakin luas serta intensitas penggunaan internet yang tinggi semakin memperkuat potensi tersebut. karena itu, peningkatan keterampilan digital, pelatihan teknologi berkelanjutan, serta pemerataan akses teknologi terutama di dunia pendidikan. Hal ini penting untuk menciptakan SDM yang adaptif dan kompetitif.
Di Indonesia, pengintegrasian AI dan coding dalam kebijakan Pendidikan baru di mulai, meski mungkin secara internal, beberapa satuan Pendidikan telah memulai lebih dulu. Sementara di beberapa negara, kebijakan pembelajaran berbasis coding dan AI telah lebih dulu dilakukan, seperti India yang telah menekankan integrasi literasi digital, coding, dan ilmu komputer dalam kurikulum yang diberlakukan sejak kelas 6 di sekolah dasar pada tahun 2020. Selain itu, pembelajaran pemrograman komputer juga dilaksanakan sebagai ekstrakurikuler atau aktivitas siswa usai jam sekolah.
Di Jepang, pemerintahan Jepang melalui Kementerian Pendidikannya telah merencanakan pemrograman komputer sebagai mata pelajaran wajib di sekolah dasar dan sekolah menengah sejak 2016 lalu. Sedangkan pada saat itu, beberapa kota di Jepang seperti Koga (Prefektur Ibaraki) dan Takeo (Prefektur Saga) telah memasukkan pelajaran pemrograman komputer di sekolah dasar melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan dan relawan. Bahkan, hal tersebut dilaporkan telah berhasil meningkatkan minat belajar siswa. Berdasarkan catatan sejumlah universitas ternama di Jepang, pendidikan Jepang saat ini juga telah terfokus pada riset dan pengembangan teknologi terbaru.
Kebijakan yang sama juga dilakukan China, tren dalam bidang robotika dan kecerdasan buatan sudah dimulai sejak tahun 2017. Pemerintah Cina mengeluarkan rencana pengembangan kecerdasan buatan atau AI dan menyarankan kursus pemrograman diajarkan di sekolah dasar dan menengah. Selanjutnya, China menerbitkan buku teks pertamanya tentang kecerdasan buatan pada 2018 lalu.
Sementara di Singapura, Coding telah menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa kelas 4 hingga 6 sekolah dasar sejak 2020. Para siswa mendapatkan pembelajaran tersebut melalui sebuah program yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Otoritas Pengembangan Media Infocomm (IMDA), bernama ‘Code For Fun’. Pelaksanaannya siswa diwajibkan mengambil program pembelajaran ini selama 10 jam dalam satu tahun ajaran. Program pembelajaran pemrograman sebelumnya telah diberlakukan sebagai mata pelajaran opsional sejak 2014, di mana materi terkait AI dan keamanan siber (cyber security) juga diajarkan.