PWMU.CO – Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015, Prof Dr Din Syamsuddin menyatakan bahwa kewibawaan umat Islam saat ini sudah hampir hilang. “Kita ini mayoritas tapi selalu saja disudutkan,” ujarnya dalam Tabligh Akbar Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang di Masjid Al Ikhlas, Jalan Raya Langsep, Ahad, (29-10-17).
Din mengutip sebuah hadits bahwa ada suatu zaman di mana umat Islam akan dikerumuni kelompok-kelompok lain seperti mereka mengerumuni makanan enak (sebagai mangsa).
BERITA TERKAIT Din Syamsuddin Meminta Hubungan NU-Muhammadiyah Terus Dijaga
Gambaran seperti itu, kata Din, sudah terjadi saat ini, di mana banyak umat Islam yang terjangkit penyakit al wahnu, yaitu penyakit cinta dunia dan takut mati. “Kita harus mengembalikan lagi semangat keislaman, karena itulah umat Islam dapat memenangkan peperangan. Coba lihat perang Padri, kemenangan Imam Bonjol. Kemudian Pangeran Diponegoro. Itu semua karena peran umat Islam,” ungkapnya.
Menurut Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini, sebagai penduduk mayoritas, umat Islam sebenarnya punya potensi besar. Tapi sayangnya, perannya di pentas dunia kurang, ”Maka itu kita perlu muhasabah, mawasdiri, dan instropeksi. Maksudnya, bila ada yang terjadi jangan salahkan orang lain. Kembalikan pada diri sendiri. Dalam dunia politik contohnya. Jangan berharap pada orang atau kelompok lain. Kita yang harus mengubah sendiri,” kata dia.
Din melanjutkan, umat Islam saat ini dibuat mudah gamang, gusar, galau, bimbang, dan hilang kepercayaan diri. Padahal orang beriman itu tidak boleh sedih, harus tetap optimis dan tetap mempunyai harapan.
Selain itu, kritik Din, umat Islam itu terlalu sporadis. Dia menyontohkan permainan bola Persib melawan Arema. Permainan yang ramai sekali tapi tidak bisa mencetak gol. Karena itu, menurutnya, perlu adanya strategi.
Ada tiga strategi yang ditawarkan Din. Pertama adalah berjihad. Din menjelaskan, berjihad itu dengan harta dulu baru dengan diri. “Sekarang ini seharusnya umat Islam sudah melakukan jihadu lil muwajahah yaitu fraksisisme keagamaan dengan amal nyata. Dan itulah sebenarnya karakter Muhammadiyah. Bukan jihadu lil mu’aradhah, populisme keagamaan.
Strategi kedua, umat Islam harus segera membenahi faktor-faktor penting seperti pendidikan, ekonomi, dan lainnya. “Umat Islam itu wajib kaya. Ekonomi harus kuat biar tidak mudah dibeli. Kita harus kaya, jangan tangan di bawah terus,” ucapnya sambil menyarankan bahwa seharusnya Kota Malang sudah mempunyai supermarket yang besar.
Selain itu, sambungnya, masalah politik juga penting. Jumlah 88 persen itu berarti potensi untuk menang 88 persen. “Asal kompak dan bersatu, serta mempunyai visi yang sama.
Strategi ketiga adalah persatuan, kekompakan, dan kebersamaan. Din menyatakan, untuk hal ini kota Malang bisa dijadikan contoh sebab ada kedekatan atau etos perekat antara Muhammadiyah dan NU.
Di akhir ceramahnya Din mengatakan bahwa Muhammadiyah seharusnya lebih sensitif terhadap gejala pendustaan agama dari pada penistaan agama. “Selama ini 99 persen energi kita terforsir untuk kasus penistaan agama,” kata Din yang mengingatkan bahwa lahirnya penistaan agama itu karena umat Islam mengabaikan pendusta. Dan itu sudah diingatkan Allah. (Uzlifah)