Oleh Robi’ Alighan Hanantaqi – Ketua Bidang Kader PC IMM Jember
PWMU.CO – “Baik-buruknya organisasi Muhammadiyah pada masa yang akan datang dapat dilihat dari baik-buruknya pendidikan kader yang sekarang ini dilakukan. Jika pendidikan kader Muhammadiyah sekarang ini baik, maka Muhammadiyah pada masa yang akan datang akan baik. Sebaliknya apabila jelek, maka Muhammadiyah pada masa yang akan datang juga jelek,” Prof. Dr. H. A. Mukti Ali.
Pernyataan diatas merupakan alarm bahwa masa depan dan wajah Persyarikatan Muhammadiyah ditentukan oleh kader-kadernya sekarang. Ini menandakan bahwa tanggung jawab perkaderan sebagai tanggung jawab semua elemen dalam organisasi kader dan tidak kita bisa memandang sepele keberadaan seorang kader. Karena itu, semua memiliki tanggungjawab moral untuk membangun sistem perkaderan dan merealisasikan kaderisasi secara optimal.
Kewajiban moral untuk menciptakan kader berkualitas merupakan kewajiban dalam bentuk kepedulian terhadap kader. Sebagaimana peringatan Allah dalam Qu’ran Surat An-Nisa’ ayat 9, agar kita memperhatikan anak keturunan atau generasi berikutnya:
وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”.
IMM, kepanjangan peran Muhammadiyah
Kader menjadi kebutuhan utama untuk menjaga kehidupan organisasi. Kaderisasi merupakan sarana untuk mempersiapkan kelangsungan fungsi Muhammadiyah sebagai gerakan –- baik gerakan dakwah, tajdid, konsolidasi organisasi, pengejawantahan ilmu pengetahuan, partisipasi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara optimal dan berkesinambungan.
Dengan adanya misi dan upaya menjaga eksistensi gerakan, Muhammadiyah memilih konsisten untuk terus bergerak sesuai harpan dan semangat zamannya. Muhammadiyah secara institusi memandang perlu untuk memperluas misi dakwahnya, utamanya dalam lingkup mahasiswa. Maka Muhammadiyah tidak sekedar memberi kesempatan, tapi juga memberi sebuah wadah kepada mahasiswa yang (utamanya) berideologi Muhammadiyah dengan organisasi yang dinamakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi otonom Muhammadiyah yang berdiri untuk menjawab tantangan zaman. Sebagai organisasi gerakan mahasiswa, IMM merupakan kreasi kontruktif dan inovatif dari para tokoh Muhammadiyah dalam menjawab tantangan misi dakwah Muhammadiyah dalam lingkup kampus.
Sebagaimana termaktub dalam tujuan IMM, yakni “terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia…” merupakan perpanjangan peran untuk “…mencapai tujuan Muhammadiyah”. Hal tersebut menjadi komitmen akademisi yang tertanam dalam Gerakan IMM dan merupakan keharusan IMM untuk menjaga kualitas perkaderannya. Akhlak harus menjadi pengejawantahan dari intelektualitas kader IMM agar selaras dengan semangat dan cita-cita Persyarikatan.
Peran dan Fungsi Instruktur
Bagi IMM, mempersiapkan perangkat perkaderan menjadi hal penting agar pelaksanaan kaderisasi berjalan dengan baik. Ujung tombak kesuksesan perkaderan IMM terletak pada Instruktur Perkaderannya. Instruktur Perkaderan IMM menjadi bagian penting instrumen perkaderan.
Instruktur ialah orang yang dapat membimbing, mengajar, melatih, membangun, bahkan menciptakan suatu objek yang dituju. Sistem Perkaderan Ikatan (SKI) menjelaskan bahwa instruktur dalam IMM adalah kader IMM pilihan yang telah mengikuti perkaderan khusus dan memiliki komitmen untuk menjalankan tugas melakukan pembinaan ideologi dan kompetensi kader yang sedang menjadi objek perkaderannya.
Instruktur IMM memiliki peran dan fungsi signifikan dalam berlangsungnya proses perkaderan. Peran dan fungsi instruktur perkaderan tidak sekedar formalitas. Peran dan fungsinya adalah untuk melakukan monitoring dan evaluasi — mulai dari pra, proses hingga pasca perkaderan. Sehingga peran dan fungsi instruktur sangat dibutuhkan untuk progresifitas perkaderan IMM, agar tidak terjadi kemandekan dalam menentukan keberlangsungan gerakan IMM.
Hampir 61 tahun IMM ini berdiri, ibarat sebuah bangunan, IMM membutuhkan renovasi agar kerusakan, kelusuhan, kekurangan dan ketidak-sesuaian dengan tantangan zaman bisa diperbaiki dan disempurnakan.
Karena itulah, tanggung jawab seorang instruktur teruji. Dalam hal ini, IMM membutuhkan sikap profesionalitas seorang Instruktur dalam meformulasi perkaderan dengan inovasi yang segar serta menggembirakan dengan tidak meninggalkan kearifan lokal yang ada. Meski melakukan hal ini tidak mudah, tapi dengan keseriusan dari setiap kader IMM pasti akan ada jalan.