PWMU.CO – Seiring dengan perkembangan media komunikasi dan informasi, peperangan yang terjadi di dunia tidak lagi dalam wujud peperangan fisik dengan senjata-senjata supercanggih. Peperangan di era sekarang lebih banyak dalam bentuk perang opini.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PWM Jatim, Ainur Rafiq Sophiaan SE MSi, saat mengisi Kajian Ahad Pagi dengan tema Parang Opini di Zaman Jahiliyah Modern di Balai Dakwah Muhammadiyah Kalibutuh, Surabaya, Ahad (29/10/2017).
Dahulu perang demikian disebut perang dingin atau perang urat syaraf yang dilakukan antarnegara, sambung Ainur Rafiq. Namun, dewasa ini perang opini berlangsung antarkelompok masyarakat dalam satu negara dan bahkan antarpribadi. Dampaknya persatuan bangsa dan ukhuwah Islamiyah terancam dan fitnah bertebaran tidak terkendalikan.
”Perang opini itu terjadi lebih banyak mengarah isu-isu politik nasional dan lokal yang mengeksploitasi sentimen primordial, seperti suku, agama, ras, dan antargolongan. Dalam hal ini umat Islam tampak defensif sebatas menetralisasi opini yang sesat dan menyesatkan,” tandasnya.
Dia menjelaskan, hampir setiap orang kini memegang gawai (gadget) yang berfungsi tidak saja untuk kebutuhan informasi dan mencari hiburan, melainkan juga membangun opini baik dengan cara persuasi (halus) maupun provokasi (kasar).
Merujuk data DS Start Up Annual Report 2015, ujar dia, menunjukkan pengguna internet di Indonesia mencapai 83,6 juta dengan kepemilikan ponsel 281,9 juta. Dengan jumlah penduduk sekitar 253 juta berarti rata-rata setiap orang memegang 1,13 ponsel. Beberapa orang sampai punya 3 ponsel.
Ainur memberikan contoh, banyak beredar tulisan, gambar, dan video yang beredar di media sosial yang menstigmatisasi umat Islam yang berusaha mengamalkan ajaran Islam secara kaffah sebagai kelompok intoleran, fanatik, radikal, fundamentalis, tidak nasionalis, dan malah antikebhinnekaan dan anti-NKRI. Ujung-ujungnya dianggap anti-Pancasila.
”Yang membuat saya sedih dan prihatin tulisan dan gambar begitu disebar dikomentasri. Padahal, justru itu tujuan si pembuat opini tadi,” sesal dosen Komunikasi FISIP UPN Surabaya ini. Anehnya, banyak media besar justru menjadi bagian dari perang ini.
Dalam sejarah Islam, lanjut Ainur, opini negatif sudah terjadi sejak zaman kerasulan. Orang-orang kafir selalu mengolok-olok setiap Rasul yang diutus Allah (QS Yasin ; 30). Rasulullah Muhammad saw bahkan dituduh sebagai orang gila (QS al Qalam ;51) sedangkan al Quran yang merupakan kalamullah dipandang sebagai cerita-cerita fiktif klasik (QS al Nahl : 24).
Sementara dakwah yang dilakukan Rasulullah mereka nilai sebagai sihir yang terang-benderang (QS Shaff : 6). Tentu, perang opini di zaman jahiliyah modern lebih kompleks lagi. (sgp)