PWMU.CO – Dalam menulis berita jangan menggunakan kata yang sama berulang-ulang sehingga tulisan tidak enak dibaca. “Karena kalau sering diulang beberapa kali akan menimbulkan kesan tidak menarik pada diri pembaca.”
Hal ini disampaikan oleh Sugeng Purwanto, redaktur senior PWMU.CO pada acara Kopi Darat yang dikemas dalam Seminar Budaya – Merekam Sejarah, Merajut Indonesia Berbudaya, di Aula Mas Mansyur Kantor PWM Jatim, Jumat (27/10/17) lalu.
BACA Ketika Redaktur PWMU.CO Duduk di Kursi Terdakwa
Untuk menghindari pemakaian yang berulang maka perlu dicarikan padanan kata yang mempunyai arti sama. “Misalkan kita mengulang kata SD Muhammadiyah yang telah ditulis di muka maka kita cukup menulis lembaga pendidikan yang beralamat di bla-bla. Itu sudah cukup tanpa mengulang kalimat yang disebut sebelumnya”, tambah SGP, nama jurnalisnya, meyakinkan peserta.
Ia menambahkan bahwa untuk bisa mengetahui isi berita, pembaca tidak harus membaca isi berita secara keseluruhan yang ditulis oleh seorang wartawan. Tapi, membaca lead itu sudah cukup. Kita bisa membaca maksud keseluruhan. Oleh karena itu, tegasnya, unsur 5 W + 1 H dalam lead (kepala berita) mutlak untuk disebutkan.
“Pernah saya menerima kiriman berita dari kontributor, di mana pelaku atau orang yang melakukan tidak disebutkan jadi kurang sempurna. Belum bisa dijadikan penulisan berita,” ungkapnya.
Di samping lead yang memenuhi unsur di atas, SGP menegaskan juga pentingnya memperhatikan titik dan koma. Kapan kalimat itu berhenti dan disambung dengan kalimat berikutnya. “Saya juga pernah mengedit tulisan yang tidak ada titik dan komanya. Tulisan tersebut tidak ada berhentinya nyambung terus tidak ada berhentinya,” ceritanya lagi.
Yang tidak kalah penting dalam penulisan titel atau gelar. Dalam penulisan jurnalistik titik dalam gelar itu ditiadakan. “Misalkan penulisan Dr. Saad Ibrahim mengatakan bla-bla. Titik yang ditulis dibelakang Dr ditiadakan sehingga menjadi Dr Saad Ibrahim mengatakan,” ucapnya. (Zaidun)