PWMU.CO – Menjelaskan nilai tambah Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) kepada masyarakat sangat sulit caranya untuk mudah dipahami. Tapi staf khusus Mendikbud, Nasrullah, punya contoh gamblang untuk menjelaskan konsep PPK itu.
Dia menjelaskan, produk yang telah mengalami nilai tambah dengan merek yang branding-nya kuat memiliki nilai jual tinggi. Dicontohkan, antara Ainul Rohimah dengan Inul Daratista adalah orang sama dengan branding berbeda.
”Dulu nama Ainul Rohimah hanya penyanyi dangdut yang manggung dari kampung ke kampung. Tapi ketika berubah menjadi Indul Daratista, brandingnya naik dan nilai jual manggungnya menjadi mahal,” ujarnya.
Inul punya nilai tambah yaitu goyang ngebornya yang sensasional. Sementara penyanyi dangdut lain, goyangnya biasa saja. Sejak goyang ngebor Inul ngetop maka muncul goyang lainnya seperti goyang itik, goyang kayang, goyang bangau.
”Begitu juga nama Kasijan, tidak berarti apa-apa tetapi ketika berubah menjadi Ian Kasela, penyanyi dari Grup Band Radja, pamornya naik karena mempunyai nilai lebih,” kata dia menjelaskan.
Contoh lainnya lagi ketika bernama Sri Maryono Teguh, masyarakat tidak mengenalnya. Saat berubah nama menjadi Mario Teguh, Sang Motivator namanya melambung tinggi. Nilai jualnya mahal meski hanya berbicara.
Baca juga: Media Bukan Sekadar Sumber Informasi tapi Medan Pertarungan Opini
Penjelasan Nasrullah itu disampaikan dalam Workshop Penguatan Jejaring Media Pendidikan yang dilaksanakan oleh Kemendikbud bersama Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Ruang Senat Kampus 3 UMM, Senin (30/10/2017) siang.
Dia meminta Penguatan Pendidikan Karakter yang dicanangkan pemerintah perlu diberi nilai tambah dan diluaskan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. ”Nilai tambah dalam Penguatan Pendidikan Karakter harus terus ditingkatkan dengan berbagai terobosan dan ide kreatif, sehingga memiliki branding yang kuat dan memiliki nilai jual,” ujar Nasrullah di hadapan peserta yang terdiri dari unsur akademik, netizen, pegiat literasi, dan pemerhati pendidikan.
Nasrul mengajak, Muhammadiyah dengan amal usahanya, termasuk UMM serta insan pendidikan lainnya bersama media harus bisa memberi nilai lebih dan berbeda dengan lainnya dalam tugas dan fungsinya masing-masing untuk mencapai nilai tinggi. (izzudin)