PWMU.CO – Masih ada lagi kisah menarik dari acara Kopi Darat Kontributor PWMU.CO, Jumat lalu. Kali ini diceritakan oleh peserta dari Tebluru, Solokuro, Lamongan, bernama Hendra Hari Wahyudi (26). Dia guru dan operator di MI Muhammadiyah 6 setempat.
Hendra menuturkan, ketika mendapat undangan dari PWMU.CO seperti mendapat sesuatu yang membahagiakan. Dia menerima undangan lewat WA dari Pimred PWMU.CO, Muh Kholid AS tiga hari sebelum acara. ”Saya masih tidak percaya. Lalu saya menghubungi Pak Kholid ternyata benar saya diundang. Maka saya minta izin Kepala MIM untuk hadir dalam acara Kopi Darat,” katanya.
Dia merasa tersanjung diundang ke acara itu karena ini menjadi pengalaman pertama menginjakkan kaki di Kantor PWM Jatim. ”Di desa saya kalau ada orang diundang PWM Jatim itu sudah luar biasa, seperti orang penting,” kata Hendra tertawa. ”Teman-teman guru di MIM mengatakan itu dan merasa bangga ada gurunya diundang PWM.”
Karena itu dia bertekad harus berangkat tanpa berpikir betapa susahnya mencari kendaraan umum menuju kota. Desa Tebluru, Solokuro, berada di pedalaman Lamongan. Lokasinya di tengah-tengah poros jalan Sukodadi – Paciran. Mobil dia tidak punya.
Semula dia ingin cari nunutan teman-teman Lamongan barangkali ada yang lewat Sukodadi. Dia ingin menyampaikan keinginan itu di WAG Kontributor tapi malu. Angkutan paling gampang naik ojek menuju jalan raya lalu mencegat bus ke Surabaya.
Sampai di Terminal Purabaya, Bungurasih, dia bertanya apakah ada angkutan umum yang lewat ke Kantor PWM Jatim di Kertomenanggal. Ternyata tidak ada. Bisa naik bus kota tapi turun di depan Golkar lalu menyeberangi jalan A. Yani.
”Masalahnya saya takut menyeberang karena jalannya lebar dan kendaraan ngebut, jangan-jangan juga disemprit polisi sebab menyeberang sembarangan,” tutur pria yang menjadi Ketua Bidang Hukum, HAM, dan Advokasi Publik Pemuda Muhammadiyah Ranting Tebluru.
Karena itu dia putuskan berjalan kaki saja ke Kantor PWM Jatim sambil menyandang ransel di punggung. Menurut orang di terminal jaraknya hanya 2 km. Ternyata setelah dijalani capai juga. Apalagi Surabaya meski masih pagi tapi udara sudah panas menyengat. Keringat pun bercucuran membasahi baju. Kerongkongan kering karena haus. Setiba di tempat acara wajahnya sudah kumus-kumus.
”Pertama kali masuk ke gedung ini, rasa pegal langsung hilang. Lega dan adem,” tuturnya. Meskipun, sambung dia, kaki kanannya yang tidak normal sebenarnya masih terasa kemeng. ”Pengalaman ini akan saya ingat dan saya ceritakan kepada anak cucu kelak perjuangan menuju PWM Jatim,” ujarnya. Beruntung sewaktu pulang ada tumpangan mobil dari teman PDPM Tuban.
Kedatangannya ke acara ini juga berniat mengurus kartu anggota Muhamamdiyah miliknya dan istrinya, Riana Evin (20). Dia sudah membawa blanko isian dari rumah. Pemuda yang sedari TK hingga perguruan tinggi mengenyam pendidikan di Muhammadiyah ini ingin sekali mempunyai Nomor Buku Muhammadiyah (NBM). Setelah itu dia ingin dapat kartu pers PWMU.CO. (aan)