
PWMU.CO – Majelis Pemberdayaan Masyarakat dan Informasi Digitalisasi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Krembangan adakan seminar literasi digital di Aula AR Fachruddin SD Muhammadiyah 11 Surabaya. Seminar ini bertema “Media Dakwah Vs Media Ghibah” dengan pemateri, H Fajar Arifianto Isnugroho SSos MSi.
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur selama dua periode berturut-turut 2007-2010 dan 2010-2013 itu mengawali acara dengan pemaparan bahwa dulu TV dan koran merupakan media primadona.
“Tapi, kini dua media itu tergantikan oleh media online yang serba cepat,” ujar pria kelahiran 4 Oktober 1974 itu.
Media sosial tentu saat ini menjadi gaya hidup dan keseharian masyarakat. Ada yang kurang rasanya bila dalam sehari tidak membuka media sosial. “Media sosial bersifat masif. Kalau tidak hati-hati, kita bisa jadi korban,” tegas mantan reporter dan koresponden Indosiar di Jawa Timur itu.
Masif dan terbukanya media saat ini justru menjadi titik kritis. Media sosial hadir di mana saja. Orang bisa menjadi kecanduan karena kehadiran media itu. “Jangan salahkan media ghibah. Kita yang harusnya membentengi diri,” imbuh alumnus Stikosa-AWS tersebut.
Selanjutnya, alumnus S2 ilmu komunikasi di Universitas Dr. Sutomo ini memaparkan tiga hal yang harus diwaspadai pengguna media online.
Pertama, konten yang bermuatan negatif cenderung mudah viral. Masyarakat cenderung suka hal-hal yang heboh. Sebaliknya, konten yang baik sulit viral.
Kedua, adanya hoax. Hoax merupakan informasi yang menyesatkan, tetapi menyerupai kebenaran. Orang kadang terkecoh dengan berita semacam itu. Hoax dibuat oleh orang yang pandai, tetapi jahat dan terorganisasi dengan baik.
“Maka sangat penting adanya pendidikan literasi digital di sekolah-sekolah,” tambah mantan reporter RRI Surabaya itu.
Ketiga, semua konten tidak pasti benar apalagi sekarang mudah sekali memotong video atau mengubah narasi. Kunci menghindarinya adalah selektif. Pilih konten-konten yang membawa kepada kebenaran dan kebaikan.
Kemudian, mantan reporter Pro FM Surabaya ini mengatakan bahwa saat ini masuk dalam era konsumsi informasi mandiri. Orang bisa mencari konten sesuai kebutuhan masing-masing.
Lalu, mantan reporter Suara Surabaya itu mengajak hadirin untuk membuat konten yang baik sebagai tandingan konten yang buruk. “Kalau benar, sampaikan saja konten itu. Jangan pedulikan persepsi berlebihan dari orang lain,” pungkasnya.
Komisioner KPI Pusat periode 2013-2016 ini juga mengajak hadirin berbincang dengan keluarga saat perjalanan, rekreasi, atau makan bersama agar tidak kecanduan menggunakan HP.
Pada akhir seminar, Direktur Utama RPH Surabaya ini menegaskan tiga hal. Pertama, gunakan media sosial dengan bijak. Kedua, cek dan ricek konten yang diakses. Ketiga, mulai dari diri dan keluarga menggunakan media secara baik.
“Mari kita besarkan media dakwah yang kita miliki,” pungkasnya.(*)
Penulis Fikri Fachrudin Editor Zahrah Khairani Karim