
PWMU.CO – Anggota LHKP PP Muhammadiyah, Prof Dr Zainuddin Maliki MSi menyampaikan bahwa teknologi sekarang semakin maju. “Zaman ini teknologi itu berkembang dengan sangat pesat. Bahkan, kini sudah berkembang teknologi yang disebut sebagai kecerdasan buatan. Sebut saja Chat GPT, yang jika kita bertanya sesuatu kepadanya, maka ia akan menjawab apapun pertanyaan kita,” tuturnya.
Dalam Kajian Ahad Pagi yang digelar oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) kota Surabaya bersama dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Mulyorejo tersebut, Prof Zainuddin menyebut bahwa teknologi justru membawa dampak negatif terhadap masyarakat.
“Namun, realitanya, teknologi yang kini berkembang justru menjadikan manusia menjadi individualis. Kalian lihat di lingkungan sekitar, mereka di tempat umum, semuanya berfokus pada handphone mereka masing-masing,” tuturnya dalam kajian yang digelar di SD Muhammadiyah 8 Surabaya pada Ahad (23/2/2025) tersebut.
Padahal, sambungnya, seharusnya teknologi itu dapat menjaga konektivitas kita secara spiritual maupun secara sosial. “Maksudnya koneksi secara spiritual itu apa? Artinya adalah hubungan kita dengan Allah Swt. Sedangkan, koneksi sosial adalah hubungan kita dengan sesama manusia,” lanjut Prof Zainuddin.
Pria yang juga menjabat sebagai Advisor Strategic Policy Kemendes-PDT tersebut melanjutkan bahwa bukannya berguna sebagai menjaga koneksi sosial, internet dan teknologi malah membawa dampak yang buruk di masyarakat Indonesia. “Pengguna internet di Indonesia itu mencapai sekitar 73 persen. Namun, internet tersebut malah digunakan untuk hate speech atau melancarkan ujaran kebencian,” ungkapnya.
Apalagi, katanya, orang Indonesia itu kalau membaca sebuah informasi pasti secara serampangan. “Bapak ibu kalau baca berita pasti hanya judulnya saja. Sebut saja yang kemarin kasus di Sumatera Utara, seorang anak disuruh duduk di lantai, netizen ramai memberikan hujatan. Padahal, belum mengetahui duduk perkaranya,” kata Prof Zainuddin.
“Maka, saya sangat setuju dengan program Mendikdasmen, Mas Mu’ti (Abdul Mu’ti). Ia ingin menerapkan pembelajaran secara deep learning. Biar apa? Agar masyarakat Indonesia, terutama yang muda, bisa menerima informasi secara mendalam, bukan menelan mentah-mentah permukaannya,” tutupnya. (*)
Penulis Wildan Nanda Rahmatullah Editor Azrohal Hasan