
PWMU.CO – Pendidikan bukan hanya tentang seberapa banyak mahasiswa yang diterima, tetapi juga bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas dan terarah.
Hal ini ditegaskan oleh Rektor Universitas PGRI Adi Buana (UNIPA) Surabaya, Prof Dr H Hartono MSi, dalam Focus Group Discussion dan Education Award bersama guru Bimbingan Konseling (BK) SMA Negeri dan Swasta yang tergabung dalam Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) Sidoarjo di GOR Hasta Brata, Surabaya, Senin (24/2/2025).
Menurutnya, Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menegaskan bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi insan yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta memiliki kecerdasan, kreativitas, dan kemandirian.
Pendidikan Harus Membangun Karakter, Bukan Hanya Keahlian
Sebagai seorang konselor dan akademisi, Hartono menyoroti ancaman pembodohan karakter dalam dunia pendidikan saat ini.
Ia menegaskan bahwa penguasaan ilmu dan keterampilan (soft skills) harus dibingkai dengan karakter yang kuat.
“Kalau otak mudah dikendalikan, karakter itu yang sulit. Jika karakternya rusak, ilmu yang dikuasai bisa digunakan untuk hal yang negatif. Sebaliknya, jika karakternya baik, ilmu akan bermanfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa guru Bimbingan Konseling (BK) memiliki peran krusial dalam membentuk karakter siswa. Pendidikan bukan hanya mencetak lulusan yang ahli di bidang kedokteran, ekonomi, atau teknik, tetapi juga individu yang memiliki integritas dan bertanggung jawab terhadap bangsa.
Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 60 guru BK SMA Negeri dan Swasta se-Sidoarjo, serta beberapa kepala sekolah mitra UNIPA. Empat SMA Muhammadiyah di Sidoarjo juga mengirim perwakilan guru BK untuk mengikuti pertemuan ketiga MGBK Sidoarjo ini.
“Kami selaku pimpinan sekolah selalu memberikan dukungan kepada guru BK untuk mengikuti kegiatan positif seperti ini,” ujar Kepala SMA Muhammadiyah 3 Sidoarjo, Hartatik SPd.
UNIPA Surabaya Dorong Inovasi dalam Pembelajaran
Sebagai bagian dari komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan, UNIPA Surabaya terus berinovasi, salah satunya dengan menerapkan metode hybrid learning.
Sistem ini memungkinkan mahasiswa belajar secara daring (online) dan tatap muka, sehingga memberikan fleksibilitas tanpa mengurangi kualitas pembelajaran.
“Kami telah mendapatkan rekomendasi dari LLDikti Wilayah 7 untuk menyelenggarakan hybrid learning. Ini memungkinkan mahasiswa dari berbagai daerah, termasuk Papua, untuk mengikuti perkuliahan secara daring dengan standar yang tetap terjaga,” jelas Hartono.
Selain itu, UNIPA juga menekankan pentingnya evaluasi dalam sistem pendidikan. Setiap aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi akan diasesmen untuk menemukan area yang perlu diperbaiki dan dikembangkan.
Kurikulum Berbasis Kebutuhan Masyarakat
Hartono menambahkan bahwa UNIPA Surabaya terus mengembangkan kurikulum berbasis kebutuhan dunia kerja. Dalam perancangannya, pihak universitas melibatkan mitra industri dan masyarakat untuk memastikan relevansi mata kuliah dengan perkembangan zaman.
“Kami ingin lulusan UNIPA tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat,” tegasnya.
Dengan pendekatan ini, UNIPA Surabaya optimistis dapat mencetak generasi yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan, nasionalisme, dan semangat kebinekaan dalam menghadapi persaingan global.
Dalam pertemuan tersebut, turut hadir Wakil Rektor I, Dr Dra Dwi Retnani Srinarwati, MSi, Wakil Rektor II, Dr Dra Siti Istikhoroh MSi, serta Wakil Rektor III, bersama para Dekan dan Ketua Program Studi di lingkungan UNIPA Surabaya. (*)
Penulis Zulkifli Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan