
PWMU.CO – Program Santri Berkhidmat oleh kelompok santri MBS Al Hikmah, Gambiran, berlangsung selama 14 hari sejak 1 hingga 14 Ramadan di Masjid Al Hidayah, Pusat Dakwah Muhammadiyah PRM Tampo, Cluring, Banyuwangi. Kegiatan ini berakhir pada Jumat (14/3/2025).
Kelompok santri yang bertugas di Masjid Al Hidayah memiliki tanggung jawab untuk memakmurkan masjid dengan mengabdi serta berinteraksi aktif bersama jamaah dan masyarakat sekitar. Salah satu kegiatan utama mereka adalah menggali sejarah Muhammadiyah yang berkembang di masjid tersebut.
Untuk melaksanakan tugas ini, tiga santri, yakni Faris Arman Ghazi, Faishal Ainurrizki, dan Abyan Akmal, menemui tokoh serta sesepuh Muhammadiyah di sekitar Masjid Al Hidayah guna memperoleh informasi mengenai perkembangan Muhammadiyah hingga saat ini.
Empat narasumber yang mereka temui antara lain Ahmad Jamil, nadzir atau penerima amanah wakaf Masjid Al Hidayah, Mahmudi sebagai pengurus takmir masjid, Sujudurrohman yang mewakili Pimpinan Ranting Muhammadiyah Tampo, serta Ahmad Fauzi dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah Cluring.
Ahmad Jamil menjelaskan bahwa Masjid Al Hidayah merupakan wakaf dari keluarga Mbah Yasin, yang kemudian diserahkan kepada nadzir pertama, KH. Moh. Bakri. Pada tahun 1992, KH. Moh. Bakri menyerahkan amanah tersebut kepada Ahmad Jamil sebagai nadzir pengganti hingga saat ini.
“Nadzir adalah seseorang yang menerima wakaf, baik berupa harta benda maupun tanah, untuk dikelola dan dikembangkan sesuai peruntukannya. Sejak tahun 1992, saya menerima wakaf tanah seluas 2.500 m² dari Mbah Kyai Bakri, termasuk Masjid Al Hidayah dan fasilitas di dalamnya,” ujar Ahmad Jamil.
Sebelumnya, sejak tahun 1946, H. Moh. Bakri telah menjadi nadzir. Beliau merupakan tokoh agama yang pernah menimba ilmu di pondok pesantren di Jombang, Jawa Timur. Setelah kembali ke Desa Tampo, ia berperan aktif dalam mengembangkan Muhammadiyah di daerah Tampo, Cluring, dan sekitarnya.
Sebagian tanah wakaf tersebut dimanfaatkan untuk mendirikan masjid, yang saat itu masih berupa bangunan sederhana. Masyarakat Tampo hingga Cluring sering menyebutnya sebagai Masjid Mbah Kyai Bakri atau Masjid Muhammadiyah.
Pada tahun 1970-an, selain masjid, didirikan pula Sekolah Dasar Muhammadiyah 4 Tampo di atas tanah yang tersisa, berkat kerja sama antara H. Moh. Bakri dan tokoh-tokoh Muhammadiyah setempat. Sekolah ini telah menghasilkan banyak lulusan yang kini tersebar di berbagai tempat dan berperan sebagai pengurus serta tokoh Muhammadiyah di Banyuwangi.
Pada periode yang sama, juga didirikan Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA), yang beroperasi selama kurang lebih delapan tahun. Pada tahun 1992, H. Moh. Bakri yang sudah lanjut usia, menyerahkan kuasa penuh kepada cucu menantunya, Ir. Ahmad Jamil, yang kemudian menjadi nadzir pengganti.
Pada tahun 1992, juga didirikan TK Aisyiyah Bustanul Athfal, yang berjalan selama lima tahun. Sekitar tahun 2000, TK ini kembali diaktifkan dan berkembang menjadi PAUD ABA. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan tersebut selalu disertai dengan papan nama Muhammadiyah, menandakan identitas organisasi ini dalam dunia pendidikan. Lembaga-lembaga ini pun telah melahirkan banyak tokoh Muhammadiyah di Cluring dan sekitarnya.
Keberadaan Masjid Al Hidayah dan lembaga pendidikan Muhammadiyah di sekitarnya menjadi bukti bahwa Muhammadiyah telah berkembang sejak lama di daerah tersebut. Menurut Ahmad Jamil, masjid ini merupakan cikal bakal perkembangan Muhammadiyah di Cluring dan wilayah selatan Banyuwangi hingga saat ini. (*)
Penulis Faishal Ainurrizki Editor Wildan Nanda Rahmatullah