
PWMU.CO – Darul Arqam yang berlangsung pada Selasa-Kamis (18-20/3/2025) di SMA Muhammadiyah 1 Babat menghadirkan berbagai materi, salah satunya tentang “Merawat Jenazah” yang disampaikan oleh Tim Majelis Tabligh PC Aisyiyah Babat. Tim ini terdiri dari Zubaidah, Zaimatus Sholihah, dan Khoirul Baroroh.
Dalam penyampaian materi, mereka bertiga mempraktikkan langsung cara merawat jenazah menggunakan boneka sebagai peraga, lengkap dengan kain kafan, kapas, dan perlengkapan lainnya. Mereka juga menjelaskan kriteria orang yang berhak memandikan jenazah, yaitu harus seorang Muslim yang berakal, keluarga dekat jenazah, orang yang amanah, serta berjenis kelamin sama, kecuali dalam kasus suami-istri atau bayi.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan penjelasan mengenai tata cara perawatan jenazah dari saat meninggal hingga proses penguburan. Berikut tahapan-tahapan merawat jenazah:
- Memandikan: Jenazah dimandikan menggunakan air dan sabun, serta dibersihkan dari najis dan kotoran.
- Mengkafani: Jenazah dibungkus dengan kain kafan yang bersih dan layak.
- Menyolatkan: Jenazah disalatkan sesuai dengan tata cara yang dianjurkan dalam sunnah.
- Menguburkan: Jenazah dimakamkan dengan layak sesuai dengan syariat Islam.
Adapun urutan yang tepat dalam proses memandikan jenazah adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan tempat untuk meletakkan jenazah.
- Menyiapkan air biasa, air bercampur daun bidara, sabun, dan air bercampur kapur barus.
- Meletakkan jenazah di tempat tertutup.
- Membuka kain penutup jenazah dan menutupi bagian kemaluannya dengan kain.
- Mengeluarkan serta membersihkan kotoran jenazah dengan sedikit mengangkat badannya.
- Menyiram air ke jenazah, dimulai dari anggota wudhu dan bagian kanan tubuh.
- Memandikan jenazah dengan bilangan ganjil menggunakan air biasa, air bidara, dan air kapur.
- Jika jenazah perempuan, rambutnya dikepang menjadi tiga dan dikeringkan dengan handuk.
- Jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki, dan jenazah perempuan dimandikan oleh perempuan, kecuali jika ada mahramnya.
- Menutup jenazah dengan kain sebelum diangkat untuk dikafani.
Awalnya, banyak peserta yang merasa takut atau cemas, tetapi seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pemahaman, mereka mulai tertarik dan antusias. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada pemateri, termasuk cara merawat jenazah korban kecelakaan yang tubuhnya tidak utuh.
Pelatihan ini juga bertujuan untuk menghilangkan stigma bahwa merawat jenazah adalah sesuatu yang menyeramkan seperti yang sering digambarkan dalam film-film. Menurut Zubaidah, rasa takut itu muncul karena belum terbiasa. Jika sudah terbiasa, perasaan takut akan hilang dengan sendirinya.
Diharapkan setelah pelatihan ini, semakin banyak orang yang bersedia merawat jenazah hingga proses pemakaman. (*)
Penulis Ali Ahmadi Editor Wildan Nanda Rahmatullah