
PWMU.CO – Berpuasa bukan menjadi penghalang semangat belajar dan produktivitas dalam menjalani kehidupan sebagai akademis. Hal ini disampaikan Rosalin Ismayoeng Gusdian Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tengah mengejar gelar doktor ke Negeri Kanguru.
Ini adalah tahun ke-duanya menjalani studi dan penelitian sebagai mahasiswa program doctoral bidang pendidikan di University of New South Wales (UNSW), Australia. Meski tengah menjalani ibadah puasa di benua yang berbeda, Ia mengaku sangat menikmati aktivitas akademiknya.
“Ibadah puasa adalah salah satu bentuk pengabdian kita sebagai hamba Allah SWT. Disamping itu juga banyak peristiwa besar pada masa perjuangan Nabi Muhammad SAW yang dilakukan saat berpuasa. Itulah yang memotivasi saya untuk tetap produktif beraktivitas di bulan suci Ramadan ini,” ungkapnya.
Wanita yang akrab disapa Ocha tersebut sedang proses menyelesaikan studinya yang berjudul ‘Designing Pedagogical Translanguaging Tasks at Higher Education’. Studi yang dibimbing langsung oleh Prof. Andy Gao (leading researcher dalam bidang TESOL) ini mempelajari mengenai perspektif dosen bahasa inggris dalam mendesain pembelajaran yang mengintegrasikan translanguaging kepada peserta didik.
Translanguaging sendiri merupakan salah satu pendekatan pembelajaran pendidik dengan menggunakan bahasa yang familiar dan sudah dikuasai oleh peserta didik. Ini merupakan salah satu metode bagi pendidik untuk mendukung dan mempermudah proses belajar peserta didik.
Pengalaman Ramadan di Australia

Lebih lanjut, Ia membagikan experience Ramadan di masa peralihan antara summer ke musim gugur (autumn). Tak jauh berbeda dengan Indonesia, di Sydney, lama waktu berpuasa di awal Ramadan sekitar 14,5 jam, yakni sekitar pukul 05.00 – 19.30. Durasi tersebut juga akan semakin pendek ke belakangnya, begitupun juga terjadi penurunan derajat suhu mengingat mendekati musim dingin. Bulan Ramadan sangat identik dengan takjil dan pasar Ramadan.
Menurutnya, Lakemba Night Market adalah salah satu spot ngabuburit sekaligus berburu takjil dan menu untuk berbuka yang wajib dikunjungi saat Ramadan di Australia. Dikelilingi berbagai suburb (subdivisi geografis) dengan jumlah komunitas muslim yang sangat besar, tempat ini dinobatkan sebagai pasar takjil terbesar di Australia. Menariknya, tak hanya menjadi tempat favorit umat Islam yang mayoritas adalah warga pendatang, ini juga menjadi ikon daya tarik penduduk lokal warga Australia sendiri.
“Sebagai warga Indonesia yang dibesarkan oleh tradisi dan budaya, senang sekali rasanya dapat menghabiskan waktu ngabuburit dan berburu takjil bersama di Lakemba Night Market. Di sana juga banyak tersedia menu takjil dari berbagai daerah dan negara, terlebih lagi kuliner dari negara Timur Tengah mudah kita temui sepanjang jalan,” sambungnya.
Menariknya, tak hanya pasar Ramadan, di Sydney juga terdapat banyak restaurant yang menjual menu makanan dan minuman khas Indonesia yang rasanya tergolong authentic. Meski demikian, Ocha mengaku tetap merindukan menu berbuka dan suasana Ramadan di kampung halamannya.
Mulai dari menu berbuka dengan ikan pindang dan sayur bening bayam, hingga tradisi patrol saat sahur atau berpatroli saat sahur yang hanya bisa Ia rasakan di Indonesia. Di samping itu, Ia sangat bersyukur bisa berkesempatan mendapatkan pengalaman akademik dan sosial yang sangat berharga bersama UMM. (*)
Penulis Hassan Al Wildan Editor Amanat Solikah