
PWMU.CO – Puasa tidak hanya memiliki nilai ibadah, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan yang besar. Menurut dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Mariyam Abdullah, puasa dapat meningkatkan metabolisme dan membantu proses detoksifikasi tubuh. Saat berpuasa, tubuh mengalami perubahan metabolisme yang bermanfaat, salah satunya adalah meningkatnya sensitivitas insulin. Kondisi ini berperan dalam mengendalikan kadar gula darah dan mencegahan terjadinya diabetes tipe 2.
“Saat berpuasa, tubuh lebih efisien dalam mengatur gula darah, sehingga dapat menurunkan risiko diabetes. Selain itu, puasa juga mampu mengurangi faktor resiko penyakit jantung seperti penurunan tensi, kolesterol jahat dan trigliserida yang kesemuanya berperan dalam menjaga kesehatan jantung,” ujar Mariyam.
Tak hanya itu, puasa juga dapat mengurangi peradangan dalam tubuh, yang berperan dalam pencegahan penyakit kronis seperti radang sendi. Penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan proses autophagy, yaitu mekanisme pembersihan dan peremajaan sel-sel tubuh. Proses ini berperan dalam mendetoksifikasi tubuh serta mengurangi risiko berbagai penyakit degeneratif.
Manfaat puasa tidak hanya dirasakan secara fisik, tetapi juga berdampak positif pada kesehatan mental. Selama berpuasa, tubuh menghasilkan keton yang dapat menjadi sumber energi bagi otak, sehingga seseorang cenderung lebih mampu mengendalikan emosi dan menjaga ketenangan diri.
“Puasa dapat membantu seseorang lebih sabar dan mengendalikan emosi, sehingga berdampak baik bagi kesehatan mental secara keseluruhan. Hal ini juga dapat meningkatkan fokus dan mengurangi stres karena adanya keseimbangan hormon serotonin dan kortisol,” jelas Mariyam.
Pentingnya Menjaga Pola Makan selama Puasa Ramadan

Meski memiliki banyak manfaat, Mariyam juga mengingatkan pentingnya menjaga pola makan dan hidrasi selama berpuasa. Ia menyarankan agar selalu mengonsumsi makanan kaya serat, protein, dan lemak sehat agar energi bertahan lebih lama. Selain itu, asupan nutrisi yang cukup saat sahur akan membantu tubuh tetap bertenaga sepanjang hari. Menjaga pola tidur yang baik serta memilih aktivitas fisik yang ringan juga menjadi faktor penting agar tubuh tidak mudah lelah selama menjalani puasa.
Bagi penderita maag atau masalah pencernaan lainnya, puasa bisa menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar puasa tetap aman bagi mereka.
“Makanan berlemak, pedas dan asam bisa memicu produksi asam lambung berlebih, sehingga sebaiknya dihindari. Sebaliknya, pilih makanan yang aman untuk lambung seperti oatmeal, pisang, atau kentang rebus. Selain itu, hindari minuman berkafein seperti kopi dan teh yang dapat meningkatkan produksi asam lambung,” jelasnya.
Selain penderita maag, mereka yang memiliki kondisi medis tertentu seperti diabetes atau penyakit jantung juga perlu lebih berhati-hati saat berpuasa. Dehidrasi dan hipoglikemia menjadi dua risiko utama yang harus diwaspadai. Oleh karena itu, memastikan asupan cairan yang cukup serta mengenali tanda-tanda dehidrasi seperti pusing, lemas, dan urine berwarna gelap sangatlah penting. Jika mengalami gejala hipoglikemia seperti gemetar, keringat dingin, dan pusing, sebaiknya segera berbuka dengan makanan yang mengandung gula.
Dari sisi perbedaan manfaat kesehatan, puasa Ramadhan dan puasa intermiten memiliki prinsip yang hampir sama dalam hal detoksifikasi tubuh dan peningkatan metabolisme. Namun, puasa Ramadan juga memiliki manfaat spiritual yang tidak dimiliki oleh puasa intermiten.
“Puasa Ramadhan tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga memberikan kesempatan bagi seseorang untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan disiplin diri, dan merasakan empati terhadap sesama yang kurang mampu. Dengan menerapkan pola makan yang sehat dan memperhatikan kondisi tubuh, puasa dapat berjalan dengan optimal tanpa mengorbankan kesehatan. Dengan persiapan yang baik, puasa tidak hanya menjadi ibadah, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara fisik dan mental,” tutupnya. (*)
Penulis Hassan Al Wildan Editor Amanat Solikah