
PWMU.CO – Suasana di Mushalla Al Furqon pada Ahad (23/3/2025) tampak berbeda dari hari-hari biasanya. Pelaksanaan shalat Isya dan Tarawih di mushalla yang beralamat di Jalan Semampir Barat, Perum Tanjung Permai Nomor 66, Surabaya kedatangan salah satu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
Ketua Biro Pengelolaan Keuangan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sekaligus Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur selama dua periode, Indra Nur Fauzi SE MSi, turut hadir dan tampak berada di shaf shalat Isya dan Tarawih bersama jamaah Mushalla Al Furqon Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Medokan Semampir.
Sebuah kehormatan luar biasa bagi PRM Medokan Semampir, yang terletak di pinggiran Kota Surabaya Timur dan masuk dalam wilayah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sukolilo, karena mendapat kunjungan dari pengurus PP Muhammadiyah. Sebagai bentuk penghormatan kepada Pak Indra, Ketua PRM Medokan Semampir, Drs Chomsul Chamim, memintanya untuk menyampaikan tausiyah dalam pelaksanaan qiyamul lail tersebut.
Mengawali penyampaiannya, Pak Indra, sapaan akrabnya, menceritakan tentang amanah wakaf tanah seluas 100 hektar di Manggarai Barat, Pelabuhan Bajo, NTT, yang ia tinjau pada akhir tahun 2022.
“Pada akhir tahun 2021, kami bersama tim yang ditunjuk oleh PP Muhammadiyah meninjau wakaf tanah seluas 100 hektar. Tentu ini adalah amanah yang sangat luar biasa! Seandainya hal seperti ini terjadi di Kota Surabaya?” ujarnya di hadapan jamaah PRM Medokan Semampir. Pertanyaan tersebut pun langsung disambut dengan seruan “Aamiin” oleh para jamaah.
Pak Indra juga menyampaikan pesan kepada PRM Medokan Semampir tentang pentingnya menjaga amanah.
“Ketika mendapatkan amanah, tentu kita harus menjaganya dengan baik. Namun, tidak cukup hanya menjaga, tetapi juga bagaimana kita dapat memaksimalkan pemanfaatan wakaf tersebut agar amal jariyah terus mengalir,” tuturnya.
Selain itu, ia juga menceritakan kisah perjuangan KH Ahmad Dahlan pada masa awal mendirikan Muhammadiyah.
“Karakter ghirah perjuangan Muhammadiyah sudah dicontohkan oleh KH Ahmad Dahlan. Sebagai pendiri Persyarikatan Muhammadiyah, beliau menghadapi ujian bertubi-tubi, cacian, bahkan ejekan sebagai ‘Kiai kafir’ yang setiap hari terdengar di telinganya. Bahkan, langgar yang beliau gunakan sebagai sarana dakwah saat itu tidak luput dari amukan warga. Namun, KH Ahmad Dahlan tidak lantas mundur dari dakwahnya. Sampai hari ini, kita bisa menyaksikan bagaimana kebesaran Muhammadiyah. Semangat inilah yang harus kita jaga,” pesannya.
Semangat dakwah Muhammadiyah dikenal dengan keberanian dalam membawa gagasan yang berbeda dari arus utama (anti-mainstream). Meskipun pada awalnya banyak mendapat penolakan dari masyarakat, gerakan ini justru berkembang pesat, tentunya dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi.
“Karakter dakwah Muhammadiyah adalah harus menjadi pelopor, bukan pengekor. Jamaah yang aktif menjadi identitas perkumpulan yang kuat. Dari jamaah inilah ukhuwah Islamiyah kita akan semakin solid. Selanjutnya, semangat tidak boleh berhenti untuk terus meraih prestasi,” tegasnya. (*)
Penulis Ahmad Mahmudi Editor Ni’matul Faizah