
PWMU.CO – Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr H Achmad Jainuri, MA, melantik Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) untuk masa jabatan 2025-2029, Prof Dr Khoirul Anwar SPd MPd, pada Rabu (26/3/2025). Guru besar di bidang pendidikan bahasa Inggris ini menggantikan Nadhirotul Laily SPsi MPsi PhD Psikolog, berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah No. 166/KEP/I.0/D/2025.
Prof. Khoirul, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa masih banyak aspek yang perlu dibenahi di UMG dalam empat tahun ke depan, baik dari segi kualitas akademik maupun infrastruktur. Dari sisi akademik, ia menekankan pentingnya menjaga jenjang karier jabatan fungsional dosen, mulai dari asisten ahli hingga guru besar. “Jangan sampai dosen dan lembaga kehilangan momentum dalam hal ini,” ujar lulusan Pendidikan Guru Agama tahun 1990 ini.
Dalam tiga tahun pertama kepemimpinannya, ia menargetkan 15 program studi (prodi) meraih akreditasi unggul. Rinciannya, lima prodi harus mencapai status unggul di tahun pertama, diikuti lima prodi lainnya di tahun kedua dan ketiga. “Untuk mencapai akreditasi unggul, diperlukan dosen lulusan doktor dengan jabatan fungsional lektor kepala sebesar 30 persen dan guru besar sebesar 10 persen,” jelasnya.
Untuk mencapai target tersebut, UMG membutuhkan sumber daya yang mumpuni dalam menangani akreditasi dan pengembangan kurikulum. Ia menegaskan bahwa akreditasi adalah tanggung jawab universitas dan prodi, di mana ketua prodi menjadi eksekutor yang mengimplementasikan program bersama biro terkait. “Selama ini, kurikulum belum didesain dengan memperhatikan kebutuhan stakeholder di masa depan. Evaluasi berkala perlu dilakukan agar ketercapaian pelaksanaan perkuliahan dapat diukur dengan baik,” ujar alumni Pascasarjana Universitas Negeri Malang ini.
Selain aspek akademik, kenyamanan kampus juga menjadi prioritas. Menurutnya, lingkungan kampus harus aman dan nyaman bagi seluruh civitas akademika. Kenyamanan ini mencakup kebersihan, ketersediaan sarana dan prasarana, serta fasilitas internet yang memadai. “Mahasiswa perlu memiliki ruang untuk beraktivitas dalam nuansa akademik, baik di luar ruangan maupun di dalam, termasuk perpustakaan yang telah terakreditasi,” ungkapnya.
Pembentukan pusat studi penataan kampus harus diiringi dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat. “Minimal harus ada tiga pusat studi, yaitu pusat studi eksakta, sosial humaniora, dan kedokteran. Masing-masing pusat studi ini harus mampu merancang dan mengimplementasikan penelitian yang berdampak langsung pada masyarakat,” jelasnya.
Sebagai langkah adaptasi terhadap perkembangan zaman, UMG juga akan mengembangkan program short course. “Program ini harus ditampilkan dalam website UMG, tidak hanya dalam bahasa Indonesia, tetapi juga dalam bahasa Inggris, bahkan bila perlu dalam bahasa Arab,” paparnya.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Prof. Khoirul menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai lama yang masih relevan sekaligus menerima inovasi yang lebih baik.
“Dalam bahasa Arab, konsep ini dikenal dengan ‘al-mukhafadhatu ‘ala al-qadimi as-shalih wal akhdu bil jadidi al-aslah’,” pungkasnya.
Penulis Aries Kurniawan Editor Wildan Nanda Rahmatullah