
PWMU.CO – Di balik bangunan sederhana yang kini berdiri kokoh sebagai TK ABA Sepakat di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, tersembunyi kisah perjuangan yang penuh haru dan pengorbanan.
Kisah tersebut berasal dari pasangan suami istri, Ibu Sripah dan Bapak Bukhori, yang berasal dari Wringinanom, Gresik, Jawa Timur. Dalam perjalanannya, mereka tanpa pamrih memperjuangkan baik secara moral maupun material demi membangun sekolah bagi anak-anak kurang beruntung di daerah tersebut.
Perjalanan panjang mereka dimulai dari keprihatinannya melihat anak-anak di Tanah Bumbu, khususnya di Desa Sepakat, yang kesulitan mengakses pendidikan dini berkualitas. Meskipun berasal dari keluarga sederhana, Ibu Sripah dan Bapak Bukhori yakin bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan terbaik. Namun, untuk mewujudkan impian itu, mereka harus menghadapi berbagai tantangan yang luar biasa.
Sejak awal, mereka menyadari bahwa dana merupakan hal yang sangat diperlukan untuk membangun TK ABA. Tanpa ragu, keduanya mulai menggalang sumbangan dari berbagai pihak, termasuk meminta bantuan kepada Bupati Tanah Bumbu serta seorang pengusaha kain yang merupakan anggota Muhammadiyah. Bahkan, tak jarang mereka menyisihkan sebagian dari apa yang mereka miliki demi mewujudkan pembangunan TK ABA.
Mereka tidak pernah malu atau gentar dalam menyuarakan perjuangan demi masa depan anak-anak. Setiap perjalanan panjang dan setiap jam yang mereka habiskan untuk berbicara serta memohon bantuan dari para dermawan menjadi bagian tak terpisahkan dari perjuangan mereka.
“Awalnya, kami merasa bahwa membangun TK ini adalah suatu hal yang berat. Namun, kami sadar bahwa jika tidak dimulai sekarang, kesempatan anak-anak di sini untuk mendapatkan pendidikan yang layak akan semakin sulit,” ujar Ibu Sripah.
Beliau juga mengakui bahwa dirinya harus terus berusaha, meskipun harus terseok-seok dan menghadapi keraguan dari banyak pihak. Namun, sumbangan yang mereka harapkan tidak selalu datang dengan mudah.
Berkat ketekunan dan tekad yang kuat, akhirnya ada yang mendengar perjuangan mereka. Tidak hanya Bupati Tanah Bumbu yang memberikan sedikit bantuan, tetapi juga masyarakat setempat yang mulai tergerak oleh semangat pasangan ini, termasuk para pengusaha Muhammadiyah yang turut menjadi donatur.
Dalam banyak kesempatan, mereka bahkan harus menyisihkan sebagian gaji mereka sendiri untuk membeli bahan bangunan dan perlengkapan sekolah, meskipun kebutuhan hidup mereka sendiri sudah sangat terbatas. Beruntungnya, Bapak Bukhori memiliki kreativitas dalam membuat arena bermain anak, seperti ayunan, jungkat-jungkit, dan perosotan, yang semuanya ia kerjakan sendiri.
Bapak Bukhori, yang juga dikenal sebagai salah satu pendiri Panti Asuhan Al-Ihsan di Lebanisuko, Wringinanom, Gresik, mengungkapkan bahwa tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi mereka selain melihat anak-anak yang dulunya tidak memiliki akses pendidikan kini dapat belajar di TK ABA Sepakat.
“Kami sadar bahwa perjuangan ini tidaklah mudah. Setiap hari, kami terus memikirkan bagaimana cara membangun TK ABA Sepakat. Namun, setiap kali melihat senyum anak-anak yang datang untuk belajar, semua lelah dan pengorbanan terasa terbayar lunas,” ungkap Bapak Bukhori.
Di tengah keterbatasan hidup, pasangan suami istri yang dikaruniai enam anak ini tidak pernah berhenti berjuang memberikan yang terbaik. Mereka rela mengorbankan waktu bersama keluarga dan kenyamanan hidup demi memastikan anak-anak di Desa Sepakat mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Kini, meskipun dana yang tersedia masih terbatas, TK ABA Sepakat, yang mulai dibangun sejak 2009, telah memberikan dampak positif bagi banyak anak di Tanah Bumbu. Bahkan, sekolah ini kini menjadi salah satu yang paling diminati oleh warga sekitar.
Anak-anak yang dulunya terabaikan kini memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang mendukung pendidikan mereka. Bangunan sederhana ini bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga simbol semangat perjuangan yang tak pernah padam.
Bagi Ibu Sripah dan Bapak Bukhori, keberhasilan ini adalah buah dari pengorbanan tanpa pamrih.
“Kami percaya bahwa pendidikan adalah investasi terbaik untuk masa depan. Meskipun kami tidak bisa memberikan banyak hal, kami berharap apa yang kami lakukan dapat membawa harapan bagi anak-anak di sini,” tutup Ibu Sripah dengan senyum penuh harapan di wajahnya.
Kisah mereka adalah bukti bahwa dengan tekad dan pengorbanan, impian yang tampak mustahil pun bisa terwujud. Sebuah cerita yang mengajarkan bahwa perjuangan demi anak-anak, demi masa depan, tak pernah sia-sia. Sebab, bagi mereka, semangat ber-Muhammadiyah menjadi landasan perjuangan dalam menebarkan cahaya Sang Surya di bumi Lambung Mangkurat. (*)
Penulis Bilad Tajdidul Islahi Editor Ni’matul Faizah