
PWMU.CO – Ratusan jamaah menghadiri Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1446 H yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Jojoran di Lapangan Suryanaga, Jalan Dharmahusada Indah Barat III/68, Gubeng, Surabaya, pada Senin (31/3/2025). Shalat Idul Fitri ini berlangsung khusyuk dan dihadiri oleh masyarakat sekitar serta jamaah dari berbagai wilayah.
Shalat Idul Fitri kali ini dipimpin oleh seorang remaja masjid dari Masjid Istiqomah, Ustadz Adit yang bertindak sebagai imam, serta Anggota Majelis Tabligh PWM Jatim, Ustadz Drs Hasanudin MAg dari sebagai khatib.
Sebelum shalat dimulai, panitia terlebih dahulu menyampaikan beberapa pengumuman dan mengajak jamaah untuk memperbanyak takbir sebagai bentuk syiar Islam dalam menyambut kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadan.
Dalam khutbahnya, Ustadz Hasanudin mengangkat tema Istighlal, yang bermakna pembebasan menuju ketakwaan dan kesadaran dalam hubungan antarsesama manusia (hablum minannas). Ia menekankan pentingnya menjaga ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya serta menghindari perilaku zalim yang dapat merusak kehidupan individu maupun sosial.
“Istighlal mengajarkan kita untuk berbuat baik dan menjauhi kedzaliman. Perbuatan buruk akan mendatangkan keburukan, sementara perbuatan baik akan kembali sebagai kebaikan,” ujar Ustadz Hasanudin dalam khutbahnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kezaliman memiliki konsekuensi yang berat. Jika seseorang menzalimi orang lain, amal shalehnya akan diberikan kepada korban. Jika ia tidak memiliki amal shaleh, maka dosa dari orang yang dizalimi akan dibebankan kepadanya. Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk membiasakan diri meminta maaf dan menjaga hubungan baik dengan sesama, terutama kepada orang tua, kerabat, dan tetangga.
Selain itu, Ustadz Hasanudin juga menekankan bahwa Islam mengajarkan pentingnya hidup dalam kebersamaan dan berjamaah. Utamanya, dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali melakukan kesalahan, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, momen Idul Fitri menjadi kesempatan untuk membersihkan hati, meminta maaf, dan memperbaiki hubungan sosial.
“Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa menzalimi saudaranya, hendaklah ia beristighfar dan meminta maaf atas kesalahannya.’ Dalam momentum Idul Fitri ini, mari kita saling memaafkan agar hidup kita dipenuhi keberkahan dan ketenangan,” tambahnya.

Dalam khutbahnya, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Allah (ḥablum minallāh) dan hubungan dengan sesama manusia (ḥablum minannās).
“Menjaga ibadah, akhlak, serta menjauhi perbuatan yang merugikan orang lain merupakan nilai-nilai yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya.
Ustadz Hasanudin juga menyoroti pentingnya membangun kebersamaan jamaah untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Dalam suasana Idul Fitri yang penuh kebahagiaan, umat Islam diajak untuk menumbuhkan sikap sabar, toleransi, serta tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dengan memaafkan orang lain.
Usai shalat, para jamaah saling bersalaman dan bermaafan, mencerminkan semangat kebersamaan dan kesucian hati dalam menyambut hari kemenangan.
Acara kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah, di mana para jamaah dapat berinteraksi, mempererat silaturahmi, serta berbagi hidangan ringan khas Lebaran.
Momen Idul Fitri ini juga menjadi pengingat bagi seluruh umat Islam bahwa kebersamaan, saling memaafkan, dan memperbaiki diri merupakan bagian dari ajaran Islam yang harus senantiasa dijaga. Dengan semangat istighlal, diharapkan umat Islam dapat terus menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tercipta masyarakat yang lebih harmonis dan penuh keberkahan.
Taqabbalallahu minna wa minkum. Semoga Ramadan yang telah berlalu menjadikan kita pribadi yang lebih baik dan semakin kuat dalam menebarkan kebaikan di tengah masyarakat. (*)
Penulis Mochammad Farid Syahrizal Editor Ni’matul Faizah