
PWMU.CO – Tazkiyatun Nafs Pasca Ramadan menjadi tema sentral dalam acara Ngaji Riyayan dan Halalbihalal Jamaah Masjid Al-Muttaqin, Sidomulyo, Kota Batu, yang diselenggarakan pada Senin (07/04/2025).
Kajian ini disampaikan oleh Ustadz H. Abdurrohim Sa’id dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang, selepas shalat Maghrib hingga menjelang Isya.
Mengawali kajiannya, Ustadz Rohim mengutip surat asy-Syams ayat 7–9 sebagai landasan pembahasan tentang an-Nafs (jiwa). Allah berfirman, “Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya, lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)”.
“Manusia diberi akal, jiwa, dan ruh. Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan celakalah orang yang menuruti hawa nafsunya,” ujar Ustadz Rohim.
Dalam penjelasannya, Ustadz Rohim mengaitkan tazkiyatun nafs dengan Ramadan. Ia menjelaskan bahwa tazkiyatun nafs secara bahasa berarti pensucian jiwa, sedangkan secara istilah merupakan proses membersihkan jiwa dari sifat-sifat buruk seperti iri, dengki, sombong, riya’, dan kemalasan dalam ibadah, serta menghiasinya dengan akhlak mulia dan ketaatan kepada Allah.
“Ramadan adalah bulan penuh berkah, ampunan, dan kesempatan memperbaiki diri. Saat Allah membuka pintu rahmat dan melipatgandakan pahala, itulah saat terbaik untuk melatih pengendalian diri sebagai bentuk tazkiyatun nafs,” tuturnya.

Menurutnya, puasa bukan hanya soal menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari amarah, hawa nafsu, dan berbagai perbuatan maksiat.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa ada tiga bentuk tazkiyah yang dibina dan dibiasakan dalam bulan suci Ramadan. Pertama, tazkiyatun nafs, yakni pensucian jiwa melalui puasa dan ibadah yang memperbaiki karakter.
Kedua, tazkiyatul maal, yaitu pensucian harta, yang dilakukan dengan menjaga kehalalan makanan saat sahur dan berbuka, serta membayar zakat fitrah sebagai penyempurna ibadah puasa sekaligus pembersih harta.
Ketiga, tazkiyatul a’mal, yaitu pensucian amal perbuatan, sikap, dan perilaku melalui muhasabah, serta introspeksi diri secara terus-menerus.
Sebagai penutup, Ustadz Rohim memberikan lima langkah untuk menjaga tazkiyatun nafs pasca-Ramadan. Pertama, menjaga dan merawat kebersihan jiwa secara berkelanjutan.
Kedua, menjauhi penyakit rohani seperti ujub, sombong, riya’, nifaq, dan fusuq. Ketiga, membersihkan harta dengan mengeluarkan zakat dan sedekah secara rutin. Keempat, membimbing anggota tubuh agar senantiasa beramal saleh. Kelima, menjaga anggota badan dari perbuatan maksiat dan dosa.
“Jangan biarkan Ramadan berlalu tanpa membawa perubahan dalam diri. Tazkiyatun nafs harus menjadi misi hidup yang terus kita rawat,” pesan beliau menutup kajian.(*)
Penulis Khoen Eka Editor Zahrah Khairani Karim