PWMU – Presiden Komisaris PT Soka Cipta Niaga, Adang Sudrajat, sukses menciptakan kaos kaki halal pertama di dunia. Ide pembuatan produk ini terinspirasi dari hadits yang berbunyi “Surga di bawah telapak kaki ibu.”
Adang, sapaan akrabnya, menceritakan pengalamannya memproduksi kaos kaki halal dalam Workshop Industri Halal, sebagai rangkaian The 4th Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF 2017), yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim, di Grand City Surabaya, Jumat (10/11/17).
Ide Adang memproduksi kaos kaki awalnya dipandang aneh oleh banyak orang. Namun dia tetap optimis bahwa usahanya akan berhasil.
Dia teringat jawaban Rasulullah saw saat ditanya Sahabat tentang siapa orang yang patut diberi bakti? Rasul menjawab ibumu sampai tiga kali sebelum bapak.
“Maka, surga tersebut harus dilindungi, sebagai bentuk sayang seorang anak pada ibu. ‘Bagaimana caranya?’ Salah satunya adalah dengan kaos kaki,” ujar Adang yang disambut tawa dan tepuk tangan peserta workshop.
Dia menjelaskan, produk yang thayib itu bukan hanya baik dan menarik. Tapi juga harus memenuhi standar kehalalan. Standar itu akan memberi kenyamanan bagi pemakainya, utamanya kaum Muslim.
“Jadi mulai dari pemilihan bahan, pengolahan, sampai alat-alat yang digunakan untuk memproduksi harus kita perhatikan. Kalau perlu kita sendiri yang memilih dan menentukan bahan, mengawalnya sampai siap produksi,” terangnya.
Jadi, lanjutnya, proses pembuatan dan bahan yang digunakan benar-benar terpilih. “Bahannya alami termasuk pewarnanya. Sikat pembersih dibuat dari bulu kuda. Bukan bulu babi.
Usaha yang demikian, lanjut Adang, akan berbuntut berkah dan barakah. “Misalnya, memberi pelayanan pada Muslimah dalam beribadah, dengan menutup kaki. Menutup aurat dengan berkaos kaki, itu juga bentuk berdakwah juga to?” tuturnya.
Pengusaha asal Bandung ini juga mengemukakan, sukses sejati adalah saat seseorang bisa banyak menyukseskan orang lain. “Dengan membuat kaos kaki ini, misalnya. Tak sedikit tenaga kerja yang dibutuhkan. Maka banyak keluarga yang bisa makan. Ini adalah sebuah kesuksesan,” tukasnya sambil menyudahi kisah suksesnya yang dimulai dari nol. (Agustine/Ilmi)